SOLOPOS.COM - Kondisi kantor Kepala Desa Kenokorejo di Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Sabtu (25/6/2022). (Solopos/R Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Asal usul atau sejarah Desa Kenokorejo di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah tokoh masyarakat setempat bernama Demang Reksoko. Cerita ini turun menurun dari nenek moyang.

Kala itu, wilayah Kenokokorejo menurut sejarah merupakan hamparan tanah tandus. Lahan pertanian di daerah tersebut mayoritas tadah hujan. Sawah tadah hujan mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak ayal, warga setempat kekurangan bahan pangan saat masa penjajahan Jepang. Saat itu, Jepang menerapkan romusha yakni sistem kerja paksa terhadap penduduk Indonesia. Mereka bekerja dari pagi hari-malam hari. Tak sedikit warga yang meninggal dunia akibat penerapan romusha oleh penjajah Jepang.

“Dahulu, masyarakat memberi nama Desa Grogol saat masa penjajahan Kolonial Belanda hingga Jepang. Demang Reksoko merupakan pemimpin di Desa Grogol,” kata Kepala Desa Kenokorejo, Hendri Purnomo, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (25/6/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Demang Reksoko memiliki ide agar romusha diterapkan di Desa Grogol untuk membendung Sungai Ranjing. Dia ingin membangun bendungan yang berfungsi untuk mengairi lahan pertanian yang kekurangan pasokan air. Demang Reksoko lantas bernegosiasi dengan penjajah Jepang agar gagasannya itu dikabulkan.

Baca juga: Unik! Ini Sejarah Pakaian Pengantin Boyolali Wahyu Merapi Pacul Goweng

Penjajah Jepang akhirnya menyetujui gagasan Demang Reksoko untuk membangun bendungan. “Ratusan warga dikerahkan untuk membendung sungai dan membangun bendungan. Mereka bekerja tanpa mengenal lelah dari pagi hari hingga malam hari,” ujar dia,

Beberapa bulan kemudian, warga merampungkan pembangunan bendungan dan langsung difungsikan untuk mengairi lahan pertanian. Pasokan air mengalir deras ke lahan pertanian milik petani. Kini, para petani tak lagi kesulitan mendapatkan pasokan air untuk mengolah sawah. Justru pasokan air ke lahan pertanian berlimpah ruah.

Para petani bisa memanen padi setiap empat bulan. Mereka mendapatkan penghasilan besar saat masa panen padi. “Kondisi Desa Grogol menjadi makmur. Masyarakat hidup berkecukupan dari hasil panen padi. Tak ada lagi tanah tandus. Berganti tanah subur dan produktif,” papar dia.

Baca juga: Dikenal Banyak Orang, Begini Sejarah Sandal Swallow

Lantaran kondisi tanah menjadi subur dan perekonomian masyarakat meningkat, nama desa diubah menjadi Desa Keno Raharjo. Dalam Bahasa Jawa, keno bermakna keinginan, sedangkan raharjo berarti digawe rejo atau menjadi makmur.

Untuk memudahkan penyebutan akhirnya diberi nama Kenokorejo. “Cerita mengenai sejarah desa ini berasal dari para sesepuh. Sampai sekarang, sebagian besar masyarakat mengandalkan dari lahan pertanian sebagai mata pencaharian utama,” kata dia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya