Solopos.com, SRAGEN — Para pekerja sibuk meratakan aspal yang kemudian dilindas wall stoom. Aktivitas pengaspalan jalan nasional itu membuat lalu lintas terganggu.
Untuk mengatasi kemacetan petugas proyek memberlakukan lalu lintas buka tutup di jalur sepanjang 200 meter di wilayah Desa/Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Minggu (17/10/2021).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Jalan Sragen-Sambungmacan sudah selebar 12 meter. Di jalur itu ada pintu masuk tol atau exit tol. Sejak adanya exit tol itu perekonomian Sambungmacan tumbuh. Sambungmacan yang berlokasi di wilayah Sragen bagian timur itu sudah ditetapkan sebagai Kawasan Industri dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) .
Baca Juga: Gerbang Tol Sambungmacan Sragen Akhirnya Dibuka
Belakangan muncul tiga pabrik berskala besar, yakni pabrik herbel dan pabrik tebu. Di jalur itu juga ada dua unit stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), yakni di Tunjungan dan Jatisumo.
Selain itu juga muncul empat minimarket modern. Ada juga stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE). Pertokoan dan warung-warung juga tumbuh.
Seorang pengusaha SPBU Tunjungan, Fatchurrahman, saat dihubungi Solopos.com, Minggu, melihat pertumbuhan ekonomi Sambungmacan bagus lantaran dipicu adanya exit tol.
Baca Juga: Baru 2 Pekan Dibuka, Gerbang Tol Sambungmacan Sragen Bakal Ditutup Lagi
Rahman, sapaan akrabnya, menyampaikan pabrik-pabrik berukuran besar bermunculan yang berakibat pada efek ekonomi, yakni banyak warung-warung, indekos, dan seterusnya.
“Akibatnya, SPBU saya jadi ramai. Banyak truk-truk yang parkir di SPBU. Konsumsi solar juga naik dengan keberadaan pabrik-pabrik dan dibukanya exit tol. Peningkatan konsumsi solar naik 20% dari rata-rata harian sebanyak 16.000 liter,” ujarnya.
Peluang ekonomi itu juga ditangkap pelaku bisnis minimarket. Dia menyebut ada pengusaha yang membuka minimarket di SPBU Tunjungan.
Baca Juga: Kawasan Perekonomian Baru di Sragen Bakal Seperti Solo Baru?
Rahman mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen supaya menyediakan fasilitas parkir untuk truk-truk seperti semacam rest area.
Dia mengatakan keberadaan lahan pakir yang luas itu bisa dikelola seperti Pedaringan di Solo yang nantinya juga menimbulkan efek ekonomi bagi lingkungan sekitar.
Camat Sambungmacan Y. David Supriyadi melihat keberadaan tiga pabrik besar di Sambungmacan itu belum beroperasi maksimal, kecuali pabrik herbel.
Baca Juga: Terminal dan Pasar Sumberlawang Jadi Magnet Perekonomian yang Kian Menjanjikan
Dia melihat ada pengusaha lain yang juga membangun pabrik herbel di wilayah Sambungmacan. Untuk pabrik tebu, kata dia, juga belum operasional secara optimal karena produksinya berupa gula merah.
“Yang sudah jalan pabrik herbel Tunjungan yang sudah merekrut karyawan. Dulu pernah ada yang mau membangun pabrik beras organik tetapi sampai sekarang belum terealisasi. Munculnya pabrik-pabrik itu juga memunculkan warung-warung,” katanya.
David mengusulkan kepada Pemkab untuk penataan kota kecamatan, misalnya dibuat semacam trotoar di jalur masuk Sragen sisi timur itu. Dia menilai Pasar Banaran itu tak berkembang karena banyak pedagang yang memilih berjualan di Pasar Mantingan, Ngawi.
Baca Juga: Mantul! Lahan 1.500 Haktare Disiapkan Untuk Kota Baru Sragen
Bila kota kecamatan disasar proyek penataan, besar kemungkinan perekonomian di Pasar Banaran bisa lebih berkembang.