SOLOPOS.COM - Kondisi struktur jembatan di Desa Kadirejo, Kecamatan Karanganom, Klaten rusak lantaran tergerus derasnya arus sungai, Kamis (3/3/2022) sore. Foto diambil Jumat (4/3/2022). (Espos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Ukuran jembatan Kadirejo, Kecamatan Karanganom bakal lebih lebar saat sudah rampung diperbaiki di waktu mendatang. Pemkab Klaten berencana membangun jembatan baru pada tahun ini.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Klaten, Suryanta, mengatakan ukuran jembatan Kadirejo yang rusak kurang lebih 7 meter x 18 meter. Rencananya, jembatan yang baru bakal berukuran 7 meter x 20 meter.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kalau sebelumnya 7 meter itu termasuk pagar jembatan. Ke depan, 7 meter itu lebar badan jalannya dan ada ruang setengah meter untuk trotoar,” katanya, kepada Solopos.com, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga : Rehab RTLH di Klaten Digencarkan Melalui APBD Perubahan 2022.

Suryanta mengatakan perbaikan jembatan Kadirejo, Kecamatan Karanganom diperkirakan menelan anggaran Rp3,5 miliar. Anggaran perbaikan jembatan di tahun ini bersumber dari dana belanja tak terduga (BTT) APBD Klaten.

“Pengajuan surat sudah naik ke bupati sejak pekan lalu. Prosesnya melibatkan banyak pihak seperti dari Kepala BPBD, Kabag Pembangunan, Kabag Hukum, asisten, hingga Sekda,” kata Suryanta.

Jembatan Kadirejo rusak parah terdampak derasnya arus sungai setelah hujan lebat mengguyur, Kamis (3/3/2022) sore. Sejak saat itu, sejumlah pengendara kendaraan harus memutar mencari jalan lain hingga 2 kilometer.

Baca Juga : Tahun Kedua Pimpin Klaten, Sri Mulyani-Yoga Fokus Turunkan Kemiskinan.

“Aksesnya lebih panjang sekitar 1 km hingga 2 km dibandingkan akses utama,” Kadus II Desa Kadirejo, Kecamatan Karanganom, Purwanto.

Rusaknya jembatan Kadirejo, Kecamatan Karanganom tak hanya berdampak pada akses warga. Kegiatan ekonomi warga sekitar jembatan ikut terdampak lantaran jualan sepi pembeli.

Usaha warga di sepanjang jalan dekat jembatan yang sepi, seperti pemilik warung makan, angkringan, toko kelontong, jasa cuci mobil dan motor, serta SPBU. Hal itu termasuk omzet warung soto sawah yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Kadirejo.

“Warung BUM desa yang sebelumnya sehari bisa jual sampai 100 mangkuk [soto], sekarang tidak sampai sebanyak itu. Turunnya drastis. Tetapi mau bagaimana, namanya musibah,” kata Purwanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya