SOLOPOS.COM - Abdi dalem membawa nasi tumpeng seribu saat kirab Malam Selikuran tiba di halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Minggu (2/5/2021) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo menggelar kirab malam selikuran atau peringatan malam ke-21 Ramadan secara sederhana, Minggu (2/5/2021) malam.

Para peserta kirab menerapkan protokol kesehatan ketat, salah satunya memakai masker sepanjang acara. Peringatan digelar dengan melakukan kirab membawa lentera atau lampu ting.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Diberitakan Detikcom, kirab dimulai Minggu (2/5/2021) sekitar pukul 21.30 WIB dari Keraton Solo. Rombongan berjumlah sekitar 150 orang berjalan menuju Masjid Agung Solo yang berjarak 500 meter dari Kompleks Keraton.

Baca Juga: Kisah Pramugari Cantik Asal Solo: Dulu Ditolak Maskapai Lokal, Kini Sukses Di Emirates Airlines

Dalam kirab malam selikuran Ramadan tersebut, para peserta yang terdiri atas abdi dalem Keraton Solo terbagi dalam beberapa kelompok, salah satunya rombongan pembawa alat musik dan penyanyi. Rombongan lain membawa ting dan jodang berisi makanan.

Sampai di masjid, mereka duduk di lantai serambi, dan memulai membacakan zikir serta doa. Pembacaan doa dipimpin Ketua Takmir Masjid Agung Solo, HM Muhtarom. Acara ditutup dengan pembagian tumpeng sewu kepada seluruh peserta.

Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo, mengatakan malam selikuran merupakan peringatan dalam memasuki 10 hari terakhir Ramadan. Kirab ting melambangkan 1.000 bulan atau malam Lailatul Qadar yang menjadi harapan umat muslim.

Baca Juga: Masa Tugas Yuni-Dedy Tinggal 2 Hari, Siapa Pengisi Sementara Kekosongan Jabatan Bupati Sragen?

Tumpeng Sewu

"Jodang berisi makanan ini disebut tumpeng sewu yang juga melambangkan malam seribu bulan, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan," kata Dipokusumo seusai acara kirab malam selikuran Ramadan di Keraton Solo.

Menurutnya, tradisi kirab lampu ting dimulai sejak era Raja Pakubuwono X sekitar 1930-an. Dahulu, kirab digelar dari Keraton menuju Bon Rojo atau Taman Sriwedari.

"Dulunya kirab dari keraton sampai ke Bon Rojo karena di alun-alun sudah ramai pasar malam. Tapi karena alasan tertentu, rute dialihkan ke masjid," terangnya.

Baca Juga: Tak Pakai Masker Saat Ngabuburit, 17 Warga Sragen Dihukum Push Up

Kirab malam selikuran Ramadan dengan rute dari Keraton Solo menuju Masjid Agung ini dimulai sejak sekitar 2019. Sebelumnya, kirab digelar dengan berkeliling sampai Sriwedari.

Berdasarkan catatan Solopos.com, pada 2019 kirab bahkan digelar dua kali dalam semalam. Kirab pertama digelar Bebadan Keraton versi Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi selepas Salat Tarawih. Setelah itu gilirang Lembaga Adat Keraton Solo menggelar kirab serupa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya