SOLOPOS.COM - Logo Nahdlatul Ulama. (Wikimedia.org)

Solopos.com, JAKARTA — Dosen Uiniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Zubair, M.Ag mendadak viral setelah menyebut warga Nahdlatul Ulama (NU) mengalami kemunduran karena organisasi keagamaan tersebut menganut paham Asy’ariyah.

Paham Asy’ariyah adalah salah satu aliran dalam ilmu kalam. Lontaran tersebut muncul dalam acara diskusi melalui aplikasi online bertema
Diskusi Ilmu Kalam atau Teologi Islam pada perkualiahan hari Senin (1/11/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Video kuliah tersebut lantas viral di media sosial berujung permohonan maaf dari Zubair. “Asy’ariah itu membingungkan dan tidak produktif, tidak progresif, tidak inovatif, tidak kreatif bikin orang bodoh dan terbelakang itulah Asy’ariyah, makanya NU tidak maju-maju itu karena Asy’ariyah terlalu kuat. Muhammadiyah maju dia, karena memang berkemajuan, dia Mu’tazilah,” tutur Zubair dalam video viral tersebut.

Dalam video itu, Zubair juga membandingkan jiwa NKRI yang saat ini dimiliki oleh pengikut NU dan Muhammadiyah.

Baca Juga: Sebut Kemenag Hadiah untuk NU, Menag Yaqut Cholil Beri Klarifikasi 

Menurutnya, Muhammadiyah lebih NKRI karena membangun banyak rumah sakit hingga perguruan tinggi di wilayah yang mayoritas nonmuslim.

“NU itu merasa NKRI, tetapi tidak ada dia bangun kampus di tengah-tengah orang Kristen, sementara Muhammadiyah itu membangun universitas di Maluku, di Ambon, di NTT yang mayoritas Kristen bahkan di Papua. Sekolah Muhammadiyah dari TK sampai perguruan tinggi juga ada,” katanya seperti disadur Solopos.com dari Bisnis, Rabu (3/11/2021).

Menanggapi video viral tersebut, Zubair mengaku telah berbicara hal tersebut kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dia juga meminta maaf kepada seluruh pengikut NU dan Muhammadiyah yang telah tersinggung akibat perkataannya tersebut.

Zubair menyebut pernyataan dirinya itu merupakan wujud kebebasan berekspresi dalam berakademik.

“Maksud saya sama sekali bukan untuk menyinggung perasaan, tetapi cara saya mengajak mahasiswa berpikir kritis. Mohon maaf jika metode saya kurang bijak. Terima kasih, demikian klarifikasi dan permohonan maaf saya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya