SOLOPOS.COM - Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi (Detikcom/Rakean Radhana Natawigena).

Solopos.com, JOGJA — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Yudian Wahyudi, menjelaskan soal pernyataannya tentang agama menjadi ancaman terbesar terhadap Pancasila. Pernyataan yang muncul dalam video dialog yang dirilis sebuah media nasional tersebut menjadi polemik baru.

Yudian menjelasnya pernyataannya bahwa yang dimaksud ancaman terbesar Pancasila adalah oknum yang memakai agama secara sempit dan ekstrem. Mereka adalah minoritas yang mengaku mayoritas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jokowi Sebut Mantan Anggota ISIS Adalah Eks WNI

Menurut dia, Pancasila jika dilihat dari sumber dan tujuannya bersifat religius. Artinya, kelima sila yang dikandungnya juga ada dalam kitab suci enam agama yang diakui konstitusi Indonesia. Sebagai contoh, perintah berketuhanan dan perintah persatuan juga ada dalam ajaran agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, maupun Konghucu.

“Sumber dan tujuan Pancasila itu bukan manusia melainkan nilai-nilai keagamaan. Tapi, untuk mewujudkannya butuh sekularitas bukan sekularisme,” kata dia, saat ditemui wartawan di Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogja, Rabu (12/2/2020).

Risiko Batalnya Pemulangan Eks ISIS: Dikritik Oposisi Hingga Dendam Sel Teroris

Yudian Wahyudi mencontohkan maksud sekularitas itu dengan turnamen sepak bola untuk persatuan. Jika menggelar turnamen sepak bola, maka membutuhkan panitia, pemain, anggaran hingga waktu dan tempat.

Panitia dan pemain, misalnya seharusnya terdiri atas campuran dari lintas iman. Tim juga jangan berisi pemain dari pulau yang sama. “Ini sekularitas [bukan sekularisme]. Kalau sekularisme itu [contohnya] jangan salat, jangan haji, jangan bermain bola,” terang dia.

Jika Jadi Wakil Gibran Rakabuming, Achmad Purnomo Dianggap Kurang Kerjaan

Tak hanya itu, Pancasila merupakan konsensus atau ijma’ dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nikmat Pancasila ini bisa menjadi bencana jika tidak dikelola dengan benar. Sebab, hingga kini masih ada oknum-oknum yang tidak menerima konsensus atau Pancasila.

“Oknum itu adalah mereka yang menggunakan agama secara sepihak. Oknum itu juga memahami agama secara sempit dan ekstrem. Ada kelompok kecil yang mengaku mayoritas tapi ternyata minoritas. Maksudnya, kelompok yang tidak mau mengakui ijma’. Ini kalau dibiarkan bisa jadi musuh terbesar,” ujar Yudian.

Representasi Jokowi dan Rudy, Gibran-Purnomo Opsi Terkuat

Pria yang juga menjabat Rektor UIN Sunan Kalijaga itu mengajak semua orang untuk kembali kepada konsensus. Secara sederhana, artinya kembali ke guyub rukun. Kata “guyub” berasal dari bahasa Arab artinya mahagaib.

“Artinya, setiap individu diajak melepaskan subjektivitas atau egoismenya hingga pada titik netral lalu kembali ke rukun. Jadi, agama jadi ancaman Pancasila ini bukan berarti Islam vs Pancasila dalam arti teorinya. Tapi, ini kalau tidak bisa dikelola apapun itu termasuk agama bisa menjadi laknat [bencana],” tutur Yudian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya