SOLOPOS.COM - Mahasiswa berusaha melewati pagar depan DPRD Solo, Selasa (24/9/2019). (Solopos-Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kericuhan yang mewarnai aksi demonstrasi mahasiswa di depan Gedung DPRD Solo bermula dari provokasi yang dilakukan oleh provokator. Para provokator yang teridentifikasi bukan dari massa mahasiswa tersebut yang mengawali memperburuk situasi dan mendorong massa untuk terus maju ke depan pagar kawat berduri.

Hal ini dituturkan oleh seorang AD, mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang enggan disebutkan identitas terangnya. AD yang mengikuti aksi bersama massa mahasiswa yang start dari Lapangan Blulukan, Colomadu, Karanganyar, mengaku melihat ada beberapa orang mencurigakan sejak awal tiba di depan Gedung DPRD Solo. Orang-orang tersebut tak mengenakan jas almamater dan bukan pula anggota organisasi yang ikut dalam aksi itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum ricuh, AD melihat dua orang mengenakan hoody masing-masing abu-abu dan hitam. Mereka berdiri di tengah kerumunan mahasiswa dan memprovokasi supaya mahasiswa merangsek ke arah kawat berduri.

“Kedua orang ini enggak kami kenal. Dia tidak berada di barisan paling depan, tapi di ada di belakang saya. Orang tak dikenal ini [yang diduga provokator] dalam pengaruh alkohol seperti bau sejenis ciu. Dia mendorong supaya kami ke depan,” kata AD saat dihubungi Solopos.com, Selasa (24/9/2019) sore.

Menurut AD, provokasi kedua orang ini terjadi sekitar pukul 13.30 WIB atau sebelum kericuhan pecah. Dia sendiri mengaku sempat menghalang-halangi kedua orang tak dikenal tersebut maju ke depan, namun akhirnya mereka lolos dan memprovokasi mahasiswa di barisan depan. Keberadaan mereka di depan tidak lama dan langsung kembali mundur setelah memprovokasi lalu menghilang.

“Kedua orang ini bukan mahasiswa, bukan anggota Kamrat [kelompok aksi yang menolak RUU Pertanahan], jadi saya yakin dia orang asing. Cirinya orangnya bertubuh gede, tingginya 170-an cm, tapi tidak bisa dikenali karena mereka mengenakan masker,” kata AD.

Keterangan AD tersebut sejalan dengan pernyataan Kapolres Solo AKBP Andy Rifai. Menurut Andy, kericuhan ini diawali oleh provokator yang melempar botol air mineral dan batu.

“Jadi tadi terkait kegiatan ini dari awal sudah berupaya kita fasilitasi. Dari teman2 mahasiswa dan anggota dewan. Tadi sudah kita atur perwakilan yang hadir dalam gedung DPRD untuk memilih perwakilannya. Kapasitas gedung DPR terbatas. Tapi negosiasi ini teman-teman mahasiswa tidak bisa menunjuk perwakilan. Kemudian tadi selesai nego, ada provokasi dari massa yang melempar botol air mineral maupun batu. Dari situ kita berupaya menertibkan dan berupaya mendorong. Karena sudah ada provokator yang memperburuk suasana,” terang Andy.

Menurut Andy, situasi kembali normal beberapa saat setelah kericuhan dan tidak ada seorang pun yang ditahan. Ada pula mahasiswa yang terluka dan telah diobati. “Kemudian dari mahasiswa tidak ada yang kita tahan. Semua yang berdialog tidak ada yang kita tahan. Tadi ada sempat ditarik tapi dilepas. Sempat kita duga dia yang provokasi. Satu orang. Tapi kita lepas lagi.”

“Kita identifikasi ada [provokator] yang bukan mahasiswa. Kita konsolidasi dari mahasiswa. Karena ada provokator yang berusaha masuk mencoba memperburuk situasi. Anggota Alhamdulillah tidak ada yang terluka,” jelasnya.

Selain itu, dia menjelaskan ada peserta aksi yang syok sehingga harus dibantu dokter dengan oksigen. “Kita tanyakan perwakilan UNS dan UMS tidak ada yang luka. 1250 petugas. Harusnya sudah selesai, tapi mereka masih menginginkan ada dialog. Kita tunggu dari perwakilan-perwakilan mereka. Dari pihak DPRD sudah siap perwakilan. Dengan dialog seperti ini insya Allah malah bisa lancar suasananya. Izinnya unjuk rasa dibatasi sampai 18.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya