SOLOPOS.COM - Petani menanam padi di areal persawahan, Sumber, Banjarsari, Solo, Senin (9/3/2020). (Espos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Di tengah-tengah ingar bingarnya kota, Solo masih menyimpan petak-petak sawah di balik gedung-gedung tinggi menjulang. Dari sana, ratusan ton gabah dihasilkan setiap tahun sebagai sumber pangan masyarakat.

Luas sawah itu makin lama makin sedikit akibat terdesak kebutuhan permukiman yang terus tumbuh. Akibatnya, sekitar dua-pertiga dari luas Kota Bengawan ini diisi sebagai kawasan permukiman. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan penduduk Kota Solo 2018 mencapai 511.887 jiwa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penggusuran PKL Solo: Penataan Kota Demi Adipura?

Menariknya, sawah Kota Solo yang makin sedikit itu dikhawatirkan kian sempit. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berencana menghapus sawah yang dianggap tidak produktif. Sedangkan, sawah yang memiliki saluran irigasi akan terus dipertahankan.

“Enggak serta-merta akan dikeringkan semua. Hanya mengakomodasi yang sekarang itu sudah dikeringkan sama yang memang enggak layak ditanami seperti sawah di tengah permukiman yang tidak mendapat aliran air irigasi. Luasnya yang dipertahankan ini enggak sampai 50-an hektare,” Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Ahyani, sebagaimana dikutip Solopos.com, Rabu (7/8/2019).

Lantai Candi Borobudur Aus Hingga 4 Cm Akibat Tingginya Kunjungan

Sawah Kota Solo

Pemkot Solo dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surakarta Tahun 2011-2031 menetapkan kota memiliki kawasan pertanian seluas 111 hektare meliputi Kecamatan Pasarkliwon, Laweyan, Banjarsari, dan Jebres. Lahan pertanian itu terdiri atas atas lahan dan lahan pertanian kering.

Hal itu sebagaimana disebut dalam pasal 48 ayat (1) berbunyi, "Kawasan peruntukan lain pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf h angka 1 seluas sekitar 111 (seratus sebelas) ha yang terletak di Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres, terdiri dari lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering yang ditetapkan dan dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan."

Nama Desa Unik Soloraya: Dari Gadungan Hingga Garangan

Secara terperinci, luas kawasan itu diatur dalam ayat (2) yakni lahan pertanian basah atau sawah terdiri atas sawah di kawasan II seluas 32 hektare di Kecamatan Laweyan tersebar di Kelurahan Karangasem (24 hektare), dan Kelurahan Jajar (8 hektare).

Kemudian, sawah di kawasan III seluas 60 hektare di Kecamatan Banjarsari yang sebarannya terdiri atas Kelurahan Banyuanyar (24 hektare), Kelurahan Sumber (21 hektare), dan Kelurahan Kadipiro (15 hektare). “Sawah di kawasan IV seluas 14 (empat belas) ha, yaitu di Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres.”

Virus Corona Mengubah Etiket Bersua Kita

Sedangkan, lahan pertanian seluas lima hektare sisanya ditetapkan di kawasan IV kelurahan Mojosongo (2 hektare) dan kawasan I di Kelurahan Semanggi (3 hektare).

Sawah Kian Menyusut

Namun, kenyataannya luas sawah Kota Solo terus menyusut jauh di bawah yang ditetapkan dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Surakarta. Data BPS Kota Surakarta menyebutkan luas sawah di Kota Solo terus susut dari dari 136,56 hektare pada 2010 menjadi 86,63 hektare pada 2018) (selengkapnya lihat grafis).

Waspada! Korban Bunuh Diri Di Indonesia Lebih Banyak Dari Pengidap AIDS

Hal serupa terjadi pada penurunan luas tegalan yang semula ada 126,02 hektare pada 2010 menjadi 96,58 hektare pada 2018). Selain itu, luas tanah kosong juga ikut menurun dari 126,73 hektare (2010) menjadi 108,26 hektare (2018).

Di sisi lain, luas lahan permukiman, lahan untuk perusahaan dan jasa terus meningkat. Luas lahan permukiman misalnya bertambah dari 2.809,64 hektare (2010) menjadi 2.889,83 hektare (2018). Kemudian, lahan di sektor jasa berkembang dari 364,96 hektare (2010) menjadi 392,49 hektare (2018).

Cuma Ada Di Wonogiri, Ini Fakta Janggelan Bahan Baku Cincau Hitam

Secara umum, komposisi Kota Solo pada 2018 dengan luas 4.404,06 hektare itu terdiri atas 65,6 persen berupa lahan permukiman lalu 8,9 persen berupa jasa, dan 7,8 persen lain-lain (selengkapnya lihat grafis).

Sawah Kota Solo pun sebetulnya cukup produktif. Produktivitas sawah itu rata-rata antara 5,3 ton - 7 ton per hektare. Pada 2013, misalnya Kota Solo menghasilkan 1.287,48 ton gabah dari luas panen 202 hektare. Bahkan, Solo mencatat produksi gabah mencapai 1.381,8 ton dari luas panen 197,6 hektare pada 2018 (selengkapnya lihat grafis).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya