SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani di Jateng yang sedang memanen padi. (JIBI/Solopos/Dok.)

Semarangpos.com, SEMARANG — Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah merilis data terbaru sawah yang mengalami gagal panen atau puso di wilayah Jateng selama 2019.

Data terbaru yang diterima Semarangpos.com, jumlah sawah puso di 32 kabupaten/kota di Jateng sejak Januari-September 2019 mencapai 17.902 hektare atau naik hampir dua kali lipat dibanding bulan lalu, yakni 9.676 ha. Mayoritas lahan persawahan itu mengalami puso akibat kekeringan panjang selama musim kemarau.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortukultural dan Perkebunan Distanbun Jateng, Herawati, mengatakan total ada sekitar 70.000 hektare lahan pertanian di Jateng yang mengalami kekeringan. Namun, dari jumlah sebanyak itu hanya sekitar 17.902 ha yang mengalami gagal panen atau puso.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dari 17.902 hektare sawah yang terkena puso itu paling banyak ada di Cilacap, yakni sekitar 4.000 ha. Kedua terparah di Kebumen dan disusul Grobogan,” ujar Herawati kepada wartawan di Kota Semarang, Jateng, Jumat (4/10/2019).

Perempuan yang akrab disapa Hera itu mengaku sawah puso atau gagal panen sebenarnya menjadi masalah klasik pada pertanian di Jateng. Permasalahan itu kerap terjadi saat musim kemarau atau kekeringan ekstrem.

Permasalahan itu sebenarnya bisa ditangani asalkan para petani mau mengikuti aturan masa tanaman. Pada masa kemarau atau kekeringan panjang, seharusnya petani menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, seperti palawija, jagung, dan lain-lain.

“Tapi kita kan enggak bisa mencegahnya. Banyak petani yang kadang coba-coba atau gambling karena dipikir saat musim kemarau masih ada hujan yang turun. Tapi, kenyataannya kemarau tahun ini cukup panjang,” imbuh Hera.

Hera menambahkan bagi petani yang sawahnya terkena puso atau gagal panen, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan asuransi. Asuransi itu disediakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng maupun pemerintah pusat.

Meski demikian, Hera mengaku belum banyak petani di Jateng yang memanfaatkan asuransi tersebut. “Kalau saran kami ya itu. Kalau musim kemarau sebaiknya tidak usah menanam padi, tapi palawija, jagung, atau lainnya. Kalau enggak manfaatkan saja asuransi, supaya bisa diganti oleh pemerintah,” imbuh Hera.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya