SOLOPOS.COM - Ilustrasi takziah. (dok. Solopos.com)

Solopos.com, SLEMAN -- Satgas Penanganan Covid-19 Sleman kesulitan mengawasi kegiatan takziah warga ketimbang hajatan. Maka tak aneh apabila banyak penularan Covid-19 di Sleman yang berasal dari kegiatan takziah, alias klaster takziah.

Sekda Sleman, Harda Kiswaya, mengakui sulitnya mengontrol kegiatan takziah. Selain itu susah juga mengawasi kegiatan engajian. Kalau kegiatan hajatan, kata Harda, Satgas bisa bertindak tegas jika ada aktivitas makan di tempat atau prasmanan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

"Untuk takziah, kami sulit mengontrol meskipun Satgas bisa berperan di sana. Kalau hajatan sudah dipastikan ada peran Satgas di sana," ujar Harda, Selasa (15/6/2021).

Dia mengakui kenaikan kasus baru Covid-19 di Sleman akibat banyak masyarakat yang mulai kendor menerapkan protokol kesehatan. Oleh karenanya, baik Satgas maupun masyarakat diminta tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan yang sudah ada.

Baca Juga: Ayo Perketat Prokes! Kasus Covid-19 di Kota Jogja Naik Hingga 80 Persen

"Ya satu sisi kita harus mematuhi prokes, tapi perekonomian juga harus jalan. Tidak mudah memadukan keduanya. Kuncinya cuma disiplin menjalankan prokes," kata Harda.

Untuk antisipasi melonjaknya pasien Covid-19, Pemkab sudah meminta agar setiap kalurahan menyediakan selter isolasi. Selter tersebut digunakan untuk warga yang masuk kategori OTG (orang tanpa gejala). Jumlah kamar yang disediakan tidak ditentukan, hanya fasilitasnya harus ada kamar mandi terpisah.

"Kalau kalurahan tidak bisa menyediakan selter nanti kapanewon diharapkan bisa membantu. Sebab tidak semua kalurahan anggarannya besar," katanya.

Selter Tak Diminati

Sejauh ini, sejumlah kalurahan di Sleman telah menyiapkan selter. Di Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Minggir misalnya. Kalurahan ini baru mampu menyediakan satu kamar dengan kapasitas dua bed. Kamar tersebut bersebelahan dengan sarana olahraga yang berada di lingkungan kalurahan.

"Nanti kalau kurang kami tambah. Kami siapkan GOR ini sebagai shelter dengan menyekat beberapa bagian menjadi kamar. Tapi ya mudah-mudahan selter ini tidak digunakan," kata Jogoboyo Sendangsari Minggir, Muslih.

Baca Juga: Kabupaten Gunung Kidul Punya 2 SMKN Terbaik Tingkat DIY

Menurutnya, sebelumnya kalurahan sudah menyediakan selter, hanya tidak diminati. Warga lebih suka melakukan isolasi mandiri di rumah. "Nah bulan ini ada kewajiban lagi kalurahan memiliki selter. Ya kami sediakan," katanya.

Hal senada diceritakan Carik Sidoluhur, Godean, Fajar Nugroho. Kalurahan ini juga pernah menyediakan selter. Tetapi karena tidak ada warga yang menggunakan, kalurahan pun meniadakan shelter.

"Ya beberapa bulan lalu tidak dilanjutkan karena pengalaman para pasien ketika ditanya tidak mau ke selter kalurahan. Mereka memilih ke selter pemerintah atau malah nyari kontrakan atau sewa sendiri yang terpisah fasilitasnya," kata Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya