SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Kori Kamandungan, kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kamis (7/10/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Pernyataan Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KP Dani Nur Adiningrat, yang menyebut fungsi Sasana Pustaka Keraton Solo akan dikembalikan untuk kepentingan internal Keraton, mendapatkan kritik tajam.

Kritik seputar Sasana Wilapa itu disampaikan anggota Komisi IV DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, kepada Solopos.com melalui telepon seluler (ponsel), Jumat (18/3/2022). Sebagai informasi, Komisi IV DPRD Solo mengurusi bidang kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sasana Pustaka itu kan salah satu pustaka yang tak ternilai harganya yang bisa menjelaskan tentang sejarah. Justru jangan dijadikan untuk internal, mestinya berbagi, walau harus dengan ketentuan dan adat yang berlaku di Keraton,” tutur dia.

Baca juga: Fungsi Sasana Pustaka akan Dikembalikan untuk Internal Keraton Solo

Ginda mencontohkan sikap terbuka Pura Mangkunegaran terhadap para pegiat sejarah maupun peneliti. Seingat dia, pada era kepemimpinan SISKS Paku Buwono (PB) XII pihak Keraton Solo pun bersikap terbuka kepada para peneliti.

Menurutnya, peneliti dan pegiat sejarah diberikan akses ke Sasana Pustaka Keraton Solo yang memang menyimpan banyak dokumen, arsip dan manuskrip sejarah panjang bangsa ini. Ginda yang mengaku masih kerabat Keraton mengaku kecewa.

“Harusnya membuka diri. Mangkunegaran dan Keraton sebelumnya membuka diri. Ini dengan Raja sekarang kok punya ketentuan yang jauh berbeda. Jangan berlindung dengan permintaan ekslusif, internal, dan sebagainya,” tegas dia.

Baca juga: Sasana Pustaka Tak Bisa Diakses, Keraton Solo Jelaskan Penyebabnya

Ginda yang merupakan politikus PDIP mengaku masih ingat sebelum terjadinya insiden pada tahun 2017, Sasana Pustaka Keraton terbuka untuk umum, terutama peneliti. Sebab di situ tak hanya banyak manuskrip, tapi juga jurnal.

“Yang disayangkan pernyataan tentang pengurus lama, kunci tidak ada, bahkan info akan dijadikan pustaka internal. Itu cagar budaya. semua yang ada di dalam situ, bagian dari cagar budaya. Sinuhun sebelumnya sangat terbuka,” kata dia.

Tidak Semua Spot Dibuka

Ginda mengakui tidak semua spot di Keraton boleh atau bisa dimasuki pengunjung, seperti Keputren yang memang hanya untuk keluarga, dan Sangga Buwana. Tapi tidak untuk Sasana Pustaka yang selama ini dinilai selalu terbuka.

“Saya gagal paham dengan penjelasan Mas Dani itu. Mestinya sebagai Wakil Pengageng dia mempelajari kebiasaan yang dulu. Di zaman modern mestinya terbuka, bukan malah menutup. Apalagi mau dieksklusifkan,” ujar dia.

Baca juga: Walah, Keraton Solo Punya Harta Tak Ternilai Tapi Enggak Bisa Diakses

Secara terpisah, Dani Nur Adiningrat mengatakan konsep internal yang dia maksud bagi pengunjung atau wisatawan umum. Sedangkan bagi para peneliti atau pelaku studi sejarah Sasana Pustaka Keraton kelak akan tetap terbuka bagi mereka.

“Bukan untuk umum atau perpustakaan umum. Bila yang datang para peneliti akan tetap kami terima. Selama ini pun ketika ada peneliti-peneliti yang datang juga masih kami cover. Pernah sebulan ada 50 peneliti,” terang dia.

Namun dokumen yang dipergunakan dari Museum Radya Pustaka dan sumber dokumen lainnya yang dibutuhkan. Sebab beberapa tahun ini Dani tidak memegang kunci Sasana Pustaka. “Jadi penelitian selalu kami layani,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya