SOLOPOS.COM - Para pemulung mengumpulkan sampah yang belum dipilah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul. (JIBI/HarianJogja/Gigih M. Hanafi)

Sapi pemakan sampah perlu diwaspadai

Harianjogja.com, BANTUL — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengeluarkan imbauan kepada seluruh pedagang hewan kurban untuk tidak menjual sapi pemakan sampah dari Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Imbauan itu disampaikan menyusul semakin dekatnya perayaan hari raya kurban yang jatuh awal September.

“Kami sudah sampaikan imbauan kepada seluruh pedagang kurban di Bantul. Ada ribuan titik penjualan hewan kurban di wilayah ini,” terang Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi, Sabtu (13/8/2017).

Sapi pemakan sampah tidak diperkenankan dimakan sebab diduga mengandung logam berat sehingga berbahaya bagi kesehatan apabila daging sapi dikonsumsi manusia. Ada ratusan hingga ribuan sapi yang memakan sampah termasuk mengandung logam berat yang ada di TPST Piyungan.

“Dampaknya dari mengonsumsi daging sapi yang mengandung logam berat memang tidak terasa cepat tapi dalam jangka lama bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker,” ujar dia.

Sejauh ini pemerintah hanya dapat mengimbau pedagang tidak menjual sapi pemakan sampah kepada warga untuk keperluan Hari Raya Iduladha. Sementara membatasi atau melarang ruang gerak penjualan sapi pemakan sampah menurutnya sulit dilakukan.

Di Bantul terdapat lebih dari 2.000 titik penjualan hewan kurban yang tersebar di berbagai wilayah. Sosialisasi mengenai hewan kurban yang dianggap tidak layak konsumsi ke masyarakat dilakukan melalui 100 takmir masjid di Bantul, 100 personel kesehatan hewan dari universitas serta sebanyak 50 orang petugas dari Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan.

Selain mewaspadai sapi pemakan sampah, sejumah penyakit seperti antraks juga menjadi perhatian untuk diwaspadai. Pulung memastikan sejauh ini belum ditemukan antraks pada hewan ternak di Bantul.

“Biasanya yang sering ditemukan saat penyembelihan kurban itu cacing hati. Tahun lalu ada 30-an ternak ditemukan cacing hati. Kalau antraks sejauh ini tidak ada,” lanjutnya lagi.

Ketua Paguyuban Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Pleret Bantul Ilham Akhmadi sebelumnya menyatakan Bantul tak hanya bergantung pada hewan kurban dari dalam wilayah ini, sebagian mengandalkan pasokan dari luar.

“Sapi dari luar didatangkan dari Jawa Tengah, Gunungkidul sampai ke Madura [Jawa Timur],” kata ilham Akhmadi.

Artinya, pengawasan kesehatan hewan kurban juga perlu dilakukan untuk ternak yang didatangkan dari luar deerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya