SOLOPOS.COM - Salah satu anggota memproduksi tusuk sate di Sanggar Panguripan, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, belum lama ini. (Istimewa/Dok. Agus Tarmuji)

Solopos.com, WONOGIRI — Sanggar Panguripan, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, memberdayakan difabel di kecamatan tersebut agar mampu hidup mandiri secara ekonomi.

Para anggota yang semuanya difabel memproduksi tusuk sate di sanggar yang beralamat di RT 005/RW 003, Dusun Jorong, Desa Miricinde, Kecamatan Purwantoro sejak akhir 2020 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Sanggar Panguripan, Agus Tarmuji, 38, kepada Solopos.com, Jumat (20/8/2021), mendirikan sanggar itu secara mandiri. Pendiriannya berangkat dari keinginannya melihat teman-teman sesama difabel di Purwantoro bisa hidup mandiri secara ekonomi. Sebab, para difabel ini tak mungkin selamanya hidup hanya menggantungkan pada bantuan pemerintah. Mereka harus bisa mandiri.

Baca Juga: Wow! Conto Wonogiri Masuk 300 Desa Wisata se-Indonesia dari Kemenparekraf

Hingga suatu ketika dia bersama sukarelawan dari komunitas pengrajin bambu, Lingir Art Wonogiri, mengajukan proposal permohonan bantuan mesin pembuat tusuk sate ke Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker). Agus bersyukur akhirnya Kemenaker memberi bantuan satu set alat pembuat tusuk sate.

Perlengkapan tersebut terdiri atas beberapa alat, seperti pemotong, penghalus, dan sebagainya. Agus juga membeli oven untuk mengeringkan kayu tusuk sate agar produksi tak terganggu saat masuk musim penghujan.

“Peralatan-peralatan itu sebenarnya dapat digunakan untuk membuat sumpit. Tetapi, kami belum dapat memproduksi sumpit karena butuh pengadaan alat pendukung lainnya. Sementara ini produksi tusuk sate dulu,” ucap Agus.

Saat ini kapasitas produksi tusuk sate mencapai lebih kurang 7 kuintal/pekan. Tusuk sate dijual Rp7.000/kg ke tempat grosir tusuk sate di Magetan, Jawa Timur. Harga itu untuk tusuk sate yang belum runcing.

Baca Juga: Duh! 6.699 Permohonan BPUM 2021 di Wonogiri Tereliminasi, Ini Penyebabnya

Dana Talangan

Saat ini Agus dan teman-temannya belum dapat meruncingkan tusuk sate karena belum memiliki alat khusus. Tusuk sate runcing memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, yakni Rp10.000/kg. Jika dijual eceran Rp13.000-Rp15.000/kg.

“Hasil penjualan dibagi untuk teman-teman dan untuk modal lagi. Ke depan, kami akan berupaya menjalin kerja sama agar mendapatkan dana talangan. Kalau terealisasi kami bisa merekrut dua pekerja non difabel. Dengan begitu kapasitas produksi bisa lebih besar lagi,” imbuh Agus.

Agus juga membedayakan teman-teman sesama difabel untuk menjalankan usaha pertanian porang. Dia sudah memulainya secara pribadi sejak 2019. Kini sudah ada sejumlah sesama difabel dari berbagai desa di Purwantoro yang bersedia bergabung.

Atas kesepakatan bersama, Agus bersama teman-temannya mendirikan Kelompok Usaha Bersama (Kube) Taruna Tani Difabel Purwantoro, awal 2021 lalu. Mereka sudah mengajukan permohonan bantuan pengadaan bibit porang kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri.

Baca Juga: Harga Jual Porang Turun Tapi Petani Wonogiri Kok Untung Rp56 Juta, Begini Hitung-Hitungannya

Usaha pertanian dipilih agar bisa mengajak difabel lebih banyak lagi. Agus meyakini difabel bisa bertani karena usaha itu dapat dilakukan tanpa pendampingan khusus secara terus menerus. Pendampingan dapat dilakukan keluarga sendiri.

“Saya sama teman-teman difabel berkegiatan sudah sejak lama sebenarnya. Hanya, saat itu kami belum punya sanggar. Kegiatan hanya di rumah saya,” ulas Agus.

Pada 2017 dia dan difabel lainnya mengikuti pelatihan ukir abstrak media kayu. Karena keterbasan kegiatan produksi tak bisa maksimal. Lalu pada 2019 kelompok mendapatkan pelatihan membuat kerajinan bambu dari Lingir Art. Saat itu ada bantuan dari dana dana desa dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Bantuan diwujudkan berbagai alat produksi kerajinan bambu.

Agus dan teman-temannya memproduksi gelas, alat tulis, rantang, dan berbagai suvenir. Produksi dipasarkan hingga Lombok Timur, NTB dan Kalimantan. Karena suatu hal produksi tidak dapat dilanjutkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya