SOLOPOS.COM - Ilustrasi berlibur dengan keluarga (Pinterest)

Solopos.com, JAKARTA – Pemerintah memutuskan membolehkan karyawan di perusahaan swasta mengajukan cuti pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Hal itu membuka kesempatan masyarakat untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata. Kendati begitu, masyarakat diingatkan untuk menjadi wisatawan yang bertanggung jawab.

Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis, Kemenparekraf, Henky Manurung, mengatakan tanggung jawab wisatawan yang dimaksud adalah mau taat pada protokol kesehatan (prokes) yang meliputi 3M yakni mencuci tangan, memakai masker dan menjauhi kerumunan. Hengky mengingatkan taat prokes merupakan cara ampuh untuk bisa bertahan hidup dan menikmati wisata dengan nyaman saat Nataru.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga: Kebutuhan BBM Diprediksi Meningkat Saat Nataru, Ini Persiapan Pertamina

Selain itu, masyarakat juga diimbau selalu menggunakan aplikasi PeduliLindungi saat memasuki tempat wisata. “Taat prokes dan mau memakai aplikasi PeduliLindungi adalah dua kunci menjadi wisatawan yang bertanggung jawab,” kata dia dalam Dialog Produktif dengan tema Sambut Tahun Baru dengan Liburan Gaya Baru yang disiarkan livestreaming di kanal Youtube, Kemkominfo TV, Kamis (16/12/2021).

Tidak hanya kepada wisatawan, Henky juga mengingatkan kepada pelaku usaha seperti pengelola tempat wisata, perhotelan, restoran dan lain-lain untuk tidak kendor melaksanakan prokes. Setiap tamu yang datang diharapkan melewati skrining sebagai prosedur keamanan di masa pandemi Covid-19.

Kemenparekraf, kata Henky, sudah memberikan sertifikat cleanliness, health, safety, dan environment sustainability (CHSE) kepada sekitar 15.000 pelaku usaha. Sertifikat itu diberikan dalam rangka melindungi para pekerja dan pelaku usaha agar mereka aman dari potensi penularan Covid-19.

Baca Juga: Awasi Kegiatan Masyarakat Selama Nataru, Polres Sragen Buat 8 Posko

“Jangan pernah abaikan protokol kesehatan. Saat menerima tamu, tetap ukur suhu tubuhnya. Sebab, [skrining] itu jadi alat mitigasi yang kuat untuk cegah penularan Covid-19,” paparnya.

Ketua Bidang Perubahan Prilaku Satgas Covid-19, Sonny Harry Harmadi, mengatakan masyarakat harus belajar dari pengalaman datangnya gelombang pertama dan kedua Covid-19 di Indonesia. Menurutnya, gelombang pertama terjadi karena masyarakat abai terhadap prokes saat momen Nataru tahun lalu. Sementara gelombang kedua muncul setelah meluasnya varian Delta yang mematikan setelah Lebaran 2021.

“Kita dengar varian Omicron punya potensi penularan yang tinggi. Kalau masyarakat abai terhadap prokes, maka potensi penularan juga lebih tinggi,” jelas Sonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya