SOLOPOS.COM - Sumarno Punto Hartoyo, bersama rekannya, menjahit masker kain di Sekretariat Komunitas Difabel Ampel (KDA), Rabu (8/4/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI – Anggota Komunitas Difabel Ampel menjahit masker untuk warga di Boyolali. Kegiatan menjahit masker dari bahan kain itu dilakukan sejak setengah bulan lalu.

Sumarno Punto Hartoyo, tampak sibuk menjahit masker kain di Sekretariat Komunitas Difabel Ampel (KDA), di Bandar Rejo RT 002/RW 014, Desa Candi, Kecamatan Ampel, Boyolali, Rabu (8/4/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sumarno Punto Hartoyo menjahit masker kain bersama teman-temannya di Sekretariat KDA, sejak wabah Covid 19 merebak di wilayah Solo dan sekitarnya. Masker dibuat dari kain perca. Dalam sehari, dia mampu menjahit sekitar 30-50 masker.

Sepulang dari Solo, Mahasiswa Asal Bengkulu Batuk-batuk & Diisolasi di Asrama Haji Jogja

Selain Sumarno, ada satu orang difabel lain yang ikut menjahit masker. Namun menurut Koordinator KDA, Sardi, selain dua penjahit tersebut, ada beberapa penjahit difabel lain yang menjahit masker di rumah masing-masing di Boyolali.

Bukan hanya di lingkungan Ampel, ada juga penjahit dari luar daerah. Meskipun lebih mengutamakan difabel dari Ampel.

"Dengan adanya isu yang Covid-19 ini, kami berpikir banyak kalangan difabel yang memiliki potensi menjahit. Dari situ kami ingin bakat mereka tersalurkan untuk membuat masker," kata dia saat ditemui wartawan di Ampel, Rabu.

Kisah Pilu Pasien Sembuh dari Corona di Sukoharjo: Tak Bisa Pulang ke Kos & Ditolak Warga

Untuk penjahit yang mengerjakan di rumah, biasanya akan disuplai bahannya. "Bahan kami antar kemudian kalau sudah banyak yang jadi kami ambil, karena memang ada keterbatasan mobilitas," terang dia.

Tidak Cari Untung

Sardi ingin potensi masyarakat difabel bisa bermanfaat untuk masyarakat luas, khususnya di Boyolali. Untuk itu dia mengaku dalam hal ini KDA tidak mengejar keuntungan.

"Tidak semua kami jual. Banyak juga yang kami salurkan untuk kegiatan sosial. Kami tidak mengejar untung, tapi minimal kembali modal," lanjut dia.

Setiap satu masker kain yang diproduksi di tempat itu dijual dengan harga antara Rp2.000-Rp3.000. Sambil duduk di kursi rodanya, Sardi mengatakan sejak setengah bulan lalu, sudah ribuan masker diproduksi.

Karantina Mandiri, 11.461 Pemudik di Sragen Wajib Lapor RT Harian

"Untuk masker ini banyak dipesan dari kalangan DPRD. Kemudian dari kecamatan maupun pemerintah desa, ada yang sudah komunikasi dengan kami untuk pemesanan," kata dia.

Sebenarnya,anggota Komunitas Difabel Ampel sebenarnya terbiasa menjahit. Namun yang dijahit bukanlah masker, melainkan pakaian.

Kegiatan menjahit masker dilakukan untuk memenuhi pesanan sejumlah instansi. Seperti dari kecamatan, desa dan sebagainya.

Glenn Fredly Sempat Sembunyikan Penyakit dari Keluarga

Anggota DPRD Boyolali, Dwi Adi Agung Nugroho, mengaku bangga dengan kegigihan para difabel KDA yang tidak patah semangat dan terus berkarya.

"Mereka justru banyak mengajarkan kepada kita semua. Mereka kreatif dan mandiri serta memiliki kepedulian. Kami mendukung keberadaan mereka," kata dia saat ditemui di Sekretariat KDA, Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya