SOLOPOS.COM - Salak Nglumut (Instagram/@zalaacfood.id)

Solopos.com, MAGELANG — Salak Nglumut menjadi potensi andalan warga di wilayah lereng barat Gunung Merapi Kabupaten Magelang. Untuk mempertahankan produktivitas buah salah dibutuhkan penyerbukan dengan perantara para petaninya.

Selain dibutuhkan ketelitian dalam proses mengkawinkan atau dalam istilah lokal setempat menyebutnya dengan sebutan ‘ngembangi’, juga dibutuhkan bunga salak jantan. Mengutip Beritamagelang.id, Jumat (23/7/2021), salah satu petani Salak  Nglumut di Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Pratman Candy menceritakan bahwa ada pantangan dalam proses ngembangi, yakni sebelum siang atau sore sebelum senja.

Promosi BRInita Sukses Jadikan Padjajaran Bandung Jadi Percontohan Urban Farming

Pantangan ini dilakukan karena kondisi angin pada periode waktu tersebut cenderung rendah  sehingga proses penyerbukan bisa maksimal. Bunga salak jantan sendiri berwarna merah, panjang bulat sebesar jari telunjuk dengan bulir berisi serbuk sari kuning. Sedangkan bunga betina berwarna merah berada di antara dahan duri setiap pohon salak.

Salah satu petani Salak Nglumut, Candy, memperlihatkan bunga salak jantan sebagai media proses 'ngembangi'
Salah satu petani Salak Nglumut, Candy, memperlihatkan bunga salak jantan sebagai media proses ‘ngembangi’ (Sumber: Beritamagelang.id)

Baca Juga : Patenkan Varietas Baru, Pemkab Magelang Riset Padi

Bunga betina ini dilindungi kuncup serabut yang harus disibak menggunakan sabit agar maksimal saat dikembangi. Candy juga mengungkapkan, bunga salak jantan biasanya menjadi tanaman pembatas antarlahan. Namun karena tidak banyak petani yang membudidayakan, keberadaan salak jantan menjadi barang istimawa yang selalu diburu petani di pasar.

Satu tangkai bunga salak jantan bisa dipakai untuk tiga hingga empat bunga salak betina. Bunga jantan dipijat dan kemudian dipotong 3/4 bagian dan taruh di atas bunga salak betina. Setelah proses itu bunga salak ditutup untuk melindungi agar tidak larut oleh air hujan maupun kabut.  Harga bunga salak jantan di pasar biasanya dijual per tiga biji senilai Rp5.000 sampai Rp10.000, tergantung pada ukuran besar kecil dan stoknya. Dari tradisi ngembagi itu, para petani memiliki buah salak berkualitas yang di antaranya sudah diekspor ke luar negeri.

Dari buah bernama latin Salacca zalacca itu pula, para petani di area lereng Gunung Merapi hidup mapan berkecukupan hingga menyekolahkan anak mereka ke tingkat perguruan tinggi. Secara geografis sendiri, wilayah Kecamatan Srumbung berhawa sejuk dengan tekstur tanah berpasir dan berbatu. Tanaman salak menjadi hamparan hijau di setiap mata memandang.

Baca Juga : Kucing Sandiaga Uno Lahiran, Salah Satunya Dinamai Magelang

Mengutip dari Megelangkab.go.id, berdasarkan ulasan banyak orang yang telah mencicipi jenis salak yang dikembangkan secara organik ini, Salak Nglumut memiliki rasa yang lebih segar dibanding salak lainnya. Bentuk buahnya segi tiga atau bulat telur terbailk dengan pangkal meruncing.

Sedangkan kulit buahnya bersisik tersusun seperti genting pendek dan berwarna cokelat kekuningan. Dinding kulit bagian dalam berserat dan berdaging putih kekuningan. Ukuran buahnya cukup besar, panjang antara 2,5-8 cm dan berat 70 g/buah. Karena rasanya yang khas dan beda dari yang lain, Salak Nglumut berhasil mengekspor puluhan ribu ton pertahun ke luar negeri, bahkan Salak Nglumut ini pernah diteliti langsung para petani Malaysia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya