SOLOPOS.COM - Benteng Pendem Ambarawa, peninggalan Kolonial Belanda (Sumber: Jatengprov.go.id)

Solopos.com, SEMARANG — Benteng Fort Willem 1 atau yang dikenal dengan Benteng Pendem adalah bangunan peninggalan era pemerintahan kolonial Belanda di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Bangunan ini selesai dibangun setelah 11 tahun pembangunannya yang dimulai dari 1834 hingga 1845 dengan melibatkan sekitar 3.000 kuli pribumi Jawa.

Dilansir dari Kemenkraf.go,id, Jumat (8/9/2022), bangunan ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat gudang logistik dan penampungan tentara kolonial Belanda. Namun, sederet fakta menarik di balik keberadaan bangunan ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Fakta yang pertama adalah pembangunan benteng ini melibatkan sekitar 3.000 pekerja yang merupakan kuli pribumi Jawa. Mereka adalah para tahanan serta warga sipil yang dipekerjakan secara paksa melalui sistem kerja rodi di masa pemerintahan Hindia Belanda.

Untuk menekan biaya pengangkutan batu bata, di dekat areal pembangunan benteng dibuat semacam tungku-tungku pembakaran batu bata sehingga produksi batu bata tidak perlu menempuh jarak jauh yang membuat biaya penangkutan membengkak.

Fakta berikutnya adalah pada 1844, Benteng Pendem Ambarawa sudah mulai ditempati oleh prajurit Belanda meskipun proses pemabgnuannya belum selesai sepenuhnya.

Baca juga: Asal-Usul Jembatan Berok Semarang, Tertua di Jawa Tengah?

Arti Nama

Pada 1850, proses pembangunan benteng ini benar-benar selesai. Benteng ini lantas diberi nama Fort Willem 1 sebagai penghormatan kepada Raja Belanda yang berwenang pada masa itu, yaitu Willem Fredrik Prins Bans Onaje-Nassau.

Pada 1865 dan 1872, terjadi gempa besar yang mengguncang Ambarawa dan menyebabkan benteng tersebut mengalami kerusakan. Akhirnya, dengan kondisi tersebut memaksa para prajurit pindah ke barak yang ada di luar benteng.

Alasan lain menjadikan benteng ini mulai ditinggalkan, yaitu langit-langit benteng yang rendah dan tidak sesuai dengan postur tubuh orang Eropa.

Selain itu, Benteng Pendem yang berdiri di lahan seluas 6,5 hektar (Ha) ini lokasinya di areal persawahan yang dikelilingi rawa dan semak-semak.

Karena berada di atas lahan tersebut, bangunan benteng ini terlihat seperti kapal dan oleh warga setempat, nama benteng tersebut dijuluki Benteng Pendem. “Pendem” adalah kata dalam Bahasa Jawa yang berarti tenggelam.

Fondasi Kayu Jati Jumbo

Dilansir dari Jatengprov.go.id, karena berada di atas lahan yang berawa, pembangunan fondasi benteng ini menggunakan balok-balok kayu jati berukuran besar. Hal ini yang membuat saat gempa terjadi, goncangan tidak begitu terasa di dalam bangunan benteng.

Benteng ini diperuntukan untuk semua keperluan para pemerintah Hindia Belanda, mulai dari gudang logistik, penampungan tentara kolonial hingga menjadi tempat tahanan.

Saat pertempuran di Ambarawa yang dikenal dengan Palagan Ambarawa (21 November 1945) yang dipimpin oleh Mayor Sumarto, kawasan ini (Ambarawa) direbut oleh Tentara Kemaanan Rakyat (TKR), dalam hal in Benteng Pendem juga berhasil direbut.

Baca juga: Ini Masjid Tertua di Pekalongan, Usia 4 Abad & Punya Al-Qur’an Raksasa

Hingga sekarang, Benteng Pendem ini masih difungsikan sebagai tempat tahanan Lembaga Kemasyarakatan Kelas IIA Ambarawa. Selain itu, Benteng Pendem juga dibuka untuk wisata sejarah dan juga swafoto dengan biaya masuk sebesar Rp 5000 per orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya