SOLOPOS.COM - Kompleks pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (23/2/2018). (Bisnis-Dok)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Warga terdampak bau busuk limbah PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, harus bersabar hingga 2021 untuk kembali mendapatkan udara bersih, sehat, dan tidak berbau.

Saat ini, PT RUM tengah memasang tiga mesin tambahan instalasi pengolahan limbah yang menghabiskan biaya total Rp700 miliar. Pemasangan mesin itu baru bisa kelar pada 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mesin tersebut diklaim mampu menyelesaikan persoalan bau busuk limbah yang selama ini dikeluhkan warga.

General Manager (GM) HRD PT RUM Hario Ngadiyo memerinci tiga mesin tambahan itu di antaranya NaHS Creps Machines (instalasi proses padatan NaHS) yang sudah dipesan sejak Desember 2019 dan selesai dipasang Desember 2020.

Ekspedisi Mudik 2024

Lalu, mesin Heat Exchanger (instalasi mesin pendingin) sudah dipesan Desember lalu, dan selesai tahun ini. Kemudian mesin Asam Sulfat Plant (daur ulang H2SO4) yang juga dipesan Desember lalu, namun baru akan dipasang pada 2021.

“Tiga mesin tambahan ini dipesan khusus di Denmark. Penyelesaian pemasangan alatnya memang butuh waktu hingga 2021, syukur kalau sebelum itu bisa terpasang,” kata dia ketika berbincang dengan wartawan, Kamis (23/1/2020).

Hari Ini Dalam Sejarah: 23 Januari 1950, Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil Pecah

Dia meyakini pemasangan tiga mesin tambahan ini akan menghilangkan bau busuk limbah hingga 100 persen. Dia mengklaim dengan alat instalasi pengolahan limbah yang dimiliki saat ini sudah menyelesaikan persoalan bau busuk di atas 90 persen melalui pemasangan alat Web Scrubber.

Berbagai upaya dilakukan PT RUM untuk membenahi pengelolaan limbah udara guna menekan bau busuk tersebut. Selain memasang alat Web Scrubber, PT RUM telah memasang berbagai alat untuk menghilangkan limbah udara mulai dari memasang continuous emission monitoring system (CEMS), dan jaringan perpipaan yang ditanam di tanah.

Dalam waktu dekat, PT RUM bakal memasang H2SO4 recovery yang bisa mengurai dan mendaur ulang H2S menjadi H2SO4 untuk produksi. “Mesin pengurai dan penetral bau [web scrubber] sebanyak tiga unit sudah beroperasi. Kami bekerja keras untuk menangani limbah udara,” kata dia.

Menurutnya, bau busuk yang belakangan dirasakan warga terjadi karena adanya kerusakan alat mesin blower. Hal ini mengakibatkan kebocoran gas ke udara sehingga menyebabkan bau busuk.

Saat ini perbaikan mesin blower telah selesai. Bahkan PT RUM menambah tiga mesin blower baru dengan kapasitas yang lebih besar.

Buron KPK Harun Masiku Ternyata di Indonesia, DPR: Ada Apa Menkumham?

Dia pun menepis anggapan pemasangan alat H2SO4 recovery terlambat lantaran sudah menimbulkan bau busuk yang dirasakan warga cukup lama. Dia berdalih pemasangan alat ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk meningkatkan tata kelola lingkungan.

Alat H2SO4 recovery dipasang bertahap. Hal ini merupakan bagian dari investasi jangka panjang untuk meminimalkan limbah udara.

“Berdirinya PT RUM di Kecamatan Nguter bukan untuk merugikan masyarakat setempat. Justru PT RUM ingin memberi kontribusi positif kepada masyarakat. Kami tetap memegang komitmen terhadap tata kelola lingkungan,” katanya.

Terpisah, Warga Kedung Winong, Nanda B. Utomo, mengeluh setiap pagi mencium bau busuk dari pabrik PT RUM. "Pagi-pagi saja bangun tidur tidak menghirup udara segar, tapi malah bau busuk," katanya.

Bau busuk ini dirasakan mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WIB. Kondisi ini membuat daya tahan tubuhnya menurun dan mengalami sakit tenggorokan hingga mual-mual.

RS Indriati Boyolali Dibuka Tapi Layanan BPJS Masih 6 Bulan Lagi

"Tenggorokan jadi kering, sering mual-mual, dan pusing," keluhnya.

Sementara warga lain, Herman mengatakan selain bau busuk juga sering melihat air sungai berubah warna. Air Sungai Gupit yang diduga menjadi buangan limbah cair milik PT RUM berubah warna kecokelatan dan menghitam.

Padahal sungai ini bermuara ke aliran Sungai Bengawan Solo. "Saya tidak tahu kenapa berubah warna padahal sudah ada pipanya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya