SOLOPOS.COM - Ilustrasi dropping air bersih (Solopos-Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI – Sejumlah warga Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, menjual hewan ternak untuk membeli air bersih saat musim kemarau. Mereka adalah warga yang terdampak kekeringan.

Warga di desa ini biasanya memanfaatkan air di Embung Puring. Embung yang dibangun 1999/2000 itu berfungsi sebagai penampung air hujan selama penghujan. Namun ketika musim kemarau, embung tersebut mengering. Warga setempat pun terpaksa membeli air bersih.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Denda Tak Pakai Masker di Sragen Rp50.000 Diteken, Sosialisasi 2 Pekan Lalu Diterapkan

Warga Desa Gendayakan, Wonogiri, Lardi, 45, mengatakan warga sudah terbiasa menghadapi kekeringan saat musim kemarau. Meski berat, tetapi tidak ada warga yang mau pindah dari desa. Sebab, mereka tak memiliki cukup uang untuk membeli tanah di lokasi lain sebagai tempat tinggal. Ketika kekeringan melanda warga membeli air bersih.

Selama menghadapi masa sulit lebih kurang delapan hingga sembilan bulan, setiap keluarga setidaknya menghabiskan delapan hingga 12 tangki air bersih. Warga beternak kambing atau sapi sebagai simpanan harta. Saat kemarau tiba mereka menjual ternak dan hasilnya untuk membeli air bersih.

“Warga lebih memperhatikan kebutuhan ternak dari pada kebutuhan sendiri. Kami mandi sehari sekali, waktu sore saja. Kalau mencuci pakaian airnya kami pakai lagi buat mencuci lagi di hari-hari berikutnya. Sedangkan, kalau mengurus ternak sapi misalnya, bisa menghabiskan air sebanyak 30 liter/hari/ekor,” imbuh Lardi.

3 Dusun

Kepala Desa Gendayakan, Heri Sutopo, menyampaikan setiap musim kemarau panjang Embung Puring selalu kering. Air yang tertampung dimanfaatkan lebih kurang 150 keluarga atau 320 jiwa warga tiga dusun sekitarnya, yakni Ngledok, Puring, dan Sidoasri saat kemarau.

Pemanfaatan air khusus untuk konsumsi, mandi, dan keperluan ternak. Air embung dapat dimanfaatkan secara efektif selama lebih kurang enam bulan.

“Di embung ada sumur yang dilengkapi sistem penyaringan. Jadi, air yang masuk sumur sudah tersaring sehingga layak konsumsi. Warga mengambil air secara manual di sumur itu,” kata Heri saat dihubungi Solopos.com, Kamis (3/9/2020).

Girlgrup Baru Besutan SM Entertaiment Bakal Ada Member Asal Indonesia

Kemarau sudah berlangsung lama, sehingga air embung mengering. Saat ini warga sekitar memenuhi kebutuhan air bersih dengan cara membeli seharga Rp150.000/tangki berkapasitas 5.000 liter. Harga air akan naik jika kemarau semakin panjang. Meski cukup mahal warga tetap membelinya karena air merupakan kebutuhan dasar.

“Saat bisa memanfaatkan air embung warga tak perlu membayar. Mereka bisa mengambil air secara gratis, asal tidak untuk mencuci mobil atau sepeda motor,” imbuh Heri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya