SOLOPOS.COM - Penghuni rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Begalon II, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Solo, menggelar demo lantaran mengalami krisis air selama tiga bulan, Jumat (12/2/2016). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Rusunawa Solo yakni Rusunawa Begalon II diterpa maslah krisi air yang dialami para penghuninya.

Solopos.com, SOLO – Penghuni rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Begalon II, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Solo, Jumat (12/2/2016), berunjuk rasa lantaran mengalami krisis air selama tiga bulan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan  di lokasi, demonstrasi dilakukan puluhan penghuni Rusunawa Begalon II dengan cara mengelilingi kompleks rusunawa setempat sambil membentangkan tiga kertas besar bertuliskan tuntutan.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua RT 008/RW 003 Panularan, Gatot Wiliawan, mengatakan ground tank milik Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Solo di Rusunawa Begalon II sejak Desember 2015 tidak menampung air secara maksimal.

“Saya mengetahui warga [penghuni Rusunawa Begalon II] menggelar demo setelah ditelepon istri di rumah. Saya memaklumi tindakan spontan warga tersebut. Selama berbulan-bulan kami mengalami krisis air. Kekesalan memuncak setelah air benar-benar hampir habis sejak awal pekan ini,” kata Wiliawan di sela-sela demo, Jumat.

Wilawan mengungkapkan penghuni Rusunawa Begalon II kerap mengadu kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Susun Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo, namun air tetap tidak mengalir optimal ke unit kamar.

“Kami berinisiatif membangun sumur bor dengan dana sekitar Rp1,5 juta, tapi ternyata air yang muncul tidak bagus, menimbulkan kerak. Setiap bulan pada tanggal 15 kami selalu membahas masalah krisis air. Warga kesal karena air yang diperoleh dengan cara usaha sendiri [membangun sumur bor] ternyata dihitung pembayarannya oleh PDAM. Air terhitung oleh alat pengukur,” jelas Wiliawan.

Salah satu warga RT 008/RW 003 Panularan atau penghuni Rusunawa Begalon II, Bambang, 50, mengatakan tidak jarang para penghuni harus pergi ke SPBU di Jl. Bhayangkara, Kelurahan Jajar, Laweyan, Solo untuk buang air dan mandi. Selain itu, para menghuni juga menyediakan ember untuk menampung air hujan.

Dia menyebut, penghuni Rusunawa Begalon II selama ini membeli air isi ulang seharga Rp4.000 per galon untuk mencukupi kebutuhan minum anggota keluarga selama dua hari.

Saat dimintai konfirmasi, Kepala UPTD Rumah Sewa DPU Solo, Toto Jayanto, mengatakan permasalahan krisis air di Rusunawa Begalon II menjadi tanggung jawab PDAM Solo.

“Suplai air dari PDAM. Kami sifatnya berlangganan ke PDAM. Kewajiban kami kan hanya bayar. Kenapa pasokan air mengecil? Itu menjadi tanggung jawab PDAM. Kami sudah melaporkan permasalahan itu ke PDAM. PDAM beralasan kondisi tanah agak kering. Suplai air memang sedang tidak bisa mengkover kebutuhan warga, bukan hanya penghuni Rusunawa Begalon II,” tanggap Toto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya