SOLOPOS.COM - Puluhan anggota bonek bertelanjang dada melompat dengan posisi tangan menyatu di belakang kepala di halaman belakang Mapolres Sragen, Sabtu (19/12/2015). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Rusuh suporter di Sragen menyebabkan dua Aremania tewas dikeroyook.

Solopos.com, SRAGEN – Dua suporter Arema Cronus atau Aremania tewas dalam aksi pengeroyokan yang melibatkan suporter Persebaya United di Sragen, Sabtu (19/12/2015). Kerusuhan antarsuporter itu terjadi di dua lokasi, yaitu SPBU Jatisumo, Sambungmacan dan Nglorog, Sragen.

Promosi Layanan Keuangan Terbaik, BRI Raih 3 Penghargaan Pertamina Appreciation Night

Korban Eko Prasetyo alias Jum, 35, warga Desa Sibaluh, Malang, tewas setelah dipukul batu paving di kepala. Sementara Korban lainnya Slamet, 24, warga Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Blitar, tewas ditusuk senjata tajam.

“Siapa yang memukuli orang di Nglorog! Siapa! Ayo ngaku! Ngaku!” teriakan itu menggema berulang-ulang memecah keheningan pagi di Mapolres Sragen, Sabtu (19/12/2015). Puluhan pemuda arek Surabaya berkumpul dengan berjongkok di halaman depan markas polisi itu. Sebuah truk fuso terpakir di depan rombongan pemuda anggota bonek tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Kasat Reskrim Polres Sragen Iptu Maryoto tak henti-hentinya berteriak. Di sela-sela teriakan itu tiba-tiba datang seorang perempuan dengan isak tangis. “Temanku itu piye [bagaimana], Pak? Saya penumpang mobil [Daihatsu] Zebra itu,” kata perempuan belia yang bernama Novitasari, 17, warga RT 001/RW 001 Plampangan, Jugo, Kesamben, Blitar.

Seorang polisi membawa Novitasari ke ruang Satuan Pelayanan Kepolisian (SPK). Novi diminta tenang di tempat itu sembari menunggu proses pemeriksaan lima orang temannya yang selamat dari amukan massa suporter Surabaya United di Jl. Raya Sukowati Nglorog, Sragen, pukul 04.30 WIB.

Dengan nada gemetar, Novi berkisah tentang peristiwa nahas yang menimpa rombongannya. Novi kenal dekat dengan Slamet alias Memet, 25, warga Pohgajih, Blitar, yang juga pemilik mobil Daihatsu Zebra berpelat nomor AG 1275 KA.

Inisiatif untuk melihat pertandingan Arema Cronus versus Surabaya United di Slemat itu muncul dari Memet. Namun nasib nahas merenggut nyawanya sesaat setelah dihajar massa Bonek di Nglorog.

“Mas Memet itu sudah dipesan sama Ibunya agar mengantarkan ke bandara untuk terbang ke Hong Kong. Ibunya bekerja sebagai TKW [tenaga kerja wanita] di sana. Ibunya berpesan segera pulang setelah selesai melihat pertandingan. Kemudian Mas Memet mengajak teman-temannya dan mengajak saya. Mas Memet sempat izin sama orang tua saya,” kisah Novi.

Novi bersama rombongan berangkat dari Blitar pukul 03.00 WIB. Sesampainya di Nglorog, Sragen pukul 04.30 WIB, ban belakang kempes. Saat menambal ban mobil, Novi kaget karena ada rombongan Bonek turun dari truk dan menyerang mobilnya.

“Saat itu, Mas Memet duduk di samping saya. Setelah melihat itu, saya kabur ke kandang sapi milik warga. Ada satu orang anggota bonek yang membututi saya dan mengancam akan membunuh saya bila tidak menyerahkan HP dan dompet. Karena saya tak bawa apa-apa, dia pun pergi,” ujarnya.

Novi kaget ketika mendapati kondisi Memet yang sudah bersimbah darah di bagian kepala. Darah sampai membasahi aspal jalan. Dari tujuh orang penumpang Daihatsu Zebra, hanya Memet yang tak selamat.

“Gara-garanya hanya memakai syal Aremania. Penumpang lain yang tidak mengenakan atribut Aremania tidak diapa-apakan. Sopir mobil justru di tempat tambal ban yang dekat dengan lokasi kejadian tidak diapa-apakan karena tidak membawa atribut Aremania,” tambahnya.

Sementara, tubuh Memet membujur ke selatan di amben beton kamar mayat RSUD Sragen. Tak jauh dari tempat itu ada tubuh Eko Prasetyo, 30, warga Sibaluh, Pandansari, Pujon, Malang. Tubuh mereka terbungkus dengan mantel mayat warna kuning.

Tak jauh dari kamar mayat, di salah satu bangsa Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Sragen, dua pemuda tergeletak lemas. Salah satunya Sujiyanto, 40, warga RT 024/RW 005, Sibaluh, Malang. Mukanya penuh dengan hampir balutan perban putih. Kedua telinganya tak ketinggalan. Tangan kanannya agak hati-hati digerakkan karena jarum infus menancap di urat nadinya. Tangan kirinya lebam. Sujiyanto merupakan salah satu korban luka-luka dari amukan massa Bonek.

“Semua luka-luka ini karena dikeroyok massa Bonek itu. Ada teman saya yang tewas satu, yakni Eko. Sebenarnya banyak yang luka karena terkena pecahan kaca atau lemparan batu. Kami semua di dalam bus kecuali hanya 3-4 orang yang masih di luar bus,” tambah dia.

Di amben besi di dekatnya terdapat seorang pemuda tertidur dengan muka tertutup topi. Kaki dan tangannya penuh dengan tato. Bagian pahan kiri dibalut perban. Ia bernama Agus Setiawan. 25, warga Pakis RT 001/003, Surabaya. Suaranya agak bindeng karena bibir atasnya sumbing.

“Paha ini kena tusukan pisau. Saya tidak tahu karena tertidur di bak truk. Saat terbangun ada keributan. Saya ikut turun tiba-tiba terkena tusukan pisau. Dalamnya lima sentimeter. Kejadiannya ya di SPBU itu,” ujar Agus.

Luka tusukan itu diduga terkena temannya sendiri. Namun Agus mengaku ditusuk oleh anggota Aremania. Dia menyampaikan motif pengeroyokan kepada suporter Arema itu karena dendam.

“Banyak teman-teman yang jadi korban mereka [Aremania]. Sekarang kami balas dendam saja. Tidak ada motif lain,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya