SOLOPOS.COM - Para pengunjung berjalan keluar areal Pasar Bahulak setelah menikmati kuliner tempo dulu yang dikelola BUM Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen, Jumat (1/1/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Sinar matahari yang menyinari kawasan Pasar Bahulak, Desa Karungan, Plupuh, Sragen, perlahan meredup. Jarum jam menunjuk pukul 10.00 WIB.

Jalanan masih becek. Jejak roda motor terlihat seperti membentuk garis-garis tak beraturan. Banyak motor yang parkir di sebelah punden Mbah Karang yang ditandai dengan pohon sepreh berukuran besar berusia seratusan tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada pelataran punden itu terdapat gapura dengan model ukiran seperti gapura Bali. Di depan gapura itulah terpampang nama Pasar Bahulak.

PTM Ditunda Dulu, Sekolah di Klaten Gelar Pembelajaran Daring Mulai Besok

Puluhan orang hilir mudik melewati gapura Pasar Bahulak, Sragen, itu. Ada yang berfoto bersama. Ada pula yang berlalu begitu saja sambil menenteng bawaan makanan tempo dulu.

Gapura itu merupakan pindahan dari gapura batas desa sisi barat. Kumandang pasar terdengar dari gapura itu. Pasar itu menempati tanah kas desa seluas lebih dari 10.000 meter persegi pada pinggiran sungai dan makam.

Pemerintah Desa (Pemdes) Karungan mengubah lahan yang semula tak produktif itu menjadi pasar sejak September 2020 lalu. Lahan yang masuk wilayah Dukuh Sawahan itu menjadi objek wisata buatan saat pandemi.

Covid-19 Klaten: Hotel Hingga Tempat Latihan Militer Dilobi Untuk Lokasi Isolasi

Kerumunan orang di Pasar Bahulak, Sragen, tidak bisa dihindarkan. Aktivitas pasar persis seperti aktivitas jual beli pasar tradisional tetapi dominan menyediakan kuliner jadul.

Wedang Gemblung

Ada tiwul, gablok, bubur, bongko, pentol, lontong sambel goreng, sampi minuman tradisional. Minuman yang paling khas dan terkenal bernama wedang gemblung dari aneka rempah dan pas untuk minuman kesehatan untuk menjaga daya tahan tubuh.

Selain itu ada permainan tradisional seperti ayunan, jungkat-jungkit, egrang, sepeda bambu, becak cintak, dan seterusnya. Ada 74 pedagang dengan lapak terbuat dari bambu di Pasar Bahulak, Sragen.

Dilantik Bulan Depan Sebagai Wali Kota, Ini Tantangan Berat Gibran Di Tahun Pertama

Para pedagangnya pun mengenakan pakain zaman dulu, yakni jarit dan baju kebaya lurik . Pasar itu dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sinar Karungan Mandiri, Desa Karungan. Para pedagang itu pun membentuk paguyuban sendiri.

Saat hiruk-pikuk pembeli, ada dua stan depan pintu masuk yang menjajakan kepingan tempurung kelapa berbentu bulat seperti koin berdiameter 5 cm. Koin tempurung kelapa atau batok itulah yang menjadi alat transaksi pembayaran.

Uang rupiah tidak laku untuk membeli aneka kuliner desa tempo dulu. Setiap koin tempurung kelapa bernilai setara dengan uang Rp2.000.

Rekor! 8 Warga Sragen Meninggal Positif Covid-19 Dalam Sehari

“Untuk bisa berrtransaksi di pasar ini harus menukarkan uang rupiah dengan uang kepingan dari tempurung kelapa. Setiap satu koinnya sama nilainya dengan uang Rp2.000. Kami menyiapkan 25.000 keping koin tempurung kepala sebagai alat penjualan,” ujar Bayan Sawahan, Karungan, Widodo, kepada Solopos.com, Jumat (1/1/2021).

Perputaran Ekonomi

Sejak September lalu, Pasar Bahulak Sragen hanya buka dua kali sebulan, yakni pada hari pasaran Minggu Paing dan Minggu Legi. Khusus 1 Januari 2021 menjadi momentum khusus awal tahun dan menjadi kalender event pertama di Karungan. Promosi pasar tempo dulu itu hanya lewat media sosial Facebook, Instagram, dan Whatsapp.

Duh! Jalur Contra Flow BST Koridor 1 Malah Bikin Jl Slamet Riyadi Solo Macet

“Pada Minggu Pahing [27/12/2020] lalu, perputaran uangnya bisa mencapai Rp47 juta per hari. Perputaran ekonomi itu hanya berjalan sejak pukul 06.00 WIB-11.00 WIB atau hanya berdurasi lima jam. Artinya pendapatan rata-rata per pedagang dari 74 pedagang itu senilai Rp635.000/orang. Perputaran uang hari ini [Jumat] lebih banyak,” ujar Widodo.

Seorang pedagang gethuk, utri, dan teh di Pasar Bahulak, Sragen, Mursiti, 39, mengaku membawa pulang uang senilai Rp300.000 siang itu. Mursiti sebelumnya bertani.

Belum Rekrut Lagi Sukarelawan Covid-19, Pemkot Solo Andalkan CPNS 2020

Sejak dibukanya Pasar Bahulak, Mursiti ikut berjualan. Berbeda dengan Mbah Kartini, 63, pedagang bongko, gablok, dan gorengan. Mbah Kartini sebelumnya sering jualan di Pasar Karungan di sebelah barat Balai Desa Karungan.

Sejak awal Pasar Bahulak buka, Kartini sudah ikut berjualan. “Alhamdulillah hari ini semua dagangan habis. Saya bisa membawa pulang Rp950.000. Ramai sekali pengunjungnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya