Solopos.com, JAKARTA — Posisi nilai tukar rupiah pada akhir perdagangan Jumat (18/3/2022), terpantau melemah di hadapan dolar AS. Bahkan rupiah masih berpotensi terdepresiasi hingga pekan keempat Maret, atau pekan depan.
Baca Juga: Rupiah Kalah Lawan Dolar AS, Ternyata Ini Pemicunya
Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah tertekan 38 poin atau 0,27% terhadap dolar AS ke posisi Rp14.340 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS tercatat menguat 0,66%. Macro Equity Strategis Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, mengatakan pelemahan rupiah pada Jumat (18/3/2022) kemarin disebabkan karena signal dovish yang berikan oleh Bank Indonesia (BI) terhadap rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga dari kenaikan kemarin 0,25% ke 0,5% yang akan berlanjut hingga 2% di akhir 2022.
Baca Juga: Uang Rupiah Rusak Bisa Ditukar di Bank, Ini Syarat dan Caranya
Sementara, BI mengambil tindakan tersebut demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di rentang 4,7% hingga 5,5%. “Akan tetapi, investor asing bereaksi negatif karena keputusan ini berpotensi mengurangi keuntungan mereka dari berinvestasi di SUN. Dengan begitu, mereka melanjutkan aksi jual di pasar obligasi,” jelas dia, Sabtu (19/3/2022). Lionel mengungkapkan, hingga sepekan ke depan rupiah masih akan berada dalam tekanan depresiasi.
Dia memproyeksikan rupiah masih bisa bergerak stabil di kisaran Rp14,200-Rp14,400 per dolar AS dengan intervensi langsung dari BI di pasar nilai tukar. “Hal ini dapat diamati dari turunnya cadangan devisa BI dari hampir US$146 miliar ke US$141,4 miliar,” lanjut dia.
Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Rupiah Masih Berpotensi Lanjutkan Pelemahan Pekan Terakhir Maret 2022