SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan kurs rupiah (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA–Kurs rupiah pada perdagangan awal pekan, Senin (20/6/2022) ditutup melemah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 11,5 poin atau 0,08% ke level Rp14.836 per dolar AS.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sementara itu, mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi yakni yen Jepang yang menguat 0,21%, won Korea Selatan yang melemah 0,31%, yuan China yang menguat 0,46%, dan ringgit Malaysia menguat 0,01%.

Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat melemah 0,23% ke level 104,46.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS melemah sejenak untuk menarik napas setelah pekan yang bergejolak.

Baca Juga: Kurs Rupiah Diprediksi Tertekan Awal Pekan, Ini Penyebabnya

Hal ini membuat dolar AS mundur tajam dari tertinggi dua dekade terhadap mata uang utama.

Namun, pelemahan tersebut mengalami pemulihan setengahnya pada akhir pekan lalu, karena investor terus menilai prospek kebijakan moneter AS dan risiko resesi menyusul kenaikan suku bunga terbesar Federal Reserve sejak 1995.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell akan bersaksi di depan Senat dan parlemen AS pada Rabu dan Kamis pekan ini.

The Fed berjanji pekan lalu terkait komitmennya untuk menjinakkan inflasi adalah ‘tanpa syarat’.

“Sementara itu, Gubernur The Fed Christopher Waller mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia akan mendukung kenaikan lagi sebesar 75 basis poin pada Juli,” ujar Ibrahim dalam risetnya, Senin (20/6/2022).

Baca Juga: Kurs Rupiah Diperkirakan Alami Depresiasi, Ini Penyebabnya

Ibrahim melanjutkan masih dari AS, Presiden Joe Biden mengatakan pada Sabtu bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk menurunkan beberapa tarif untuk impor barang China, dan kemungkinan jeda pada pajak gas federal, untuk melawan inflasi.

Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) pada Jumat melawan gelombang pengetatan yang mencakup The Fed, Bank of England, dan bahkan kenaikan setengah poin yang mengejutkan dari Swiss National Bank.

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia perlu mewaspadai dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS sebesar 75 basis poin menjadi 1,5%-1,75% pekan lalu, yang dampaknya sudah terasa dari melemahnya mata uang rupiah.

“Dengan kenaikan suku bunga tersebut, maka arus modal asing kembali keluar di pasar surat utang karena spread antara yield SBN dan yield treasury di tenor yang sama semakin menyempit. Investor asing cenderung mengalihkan dana ke negara maju, memicu capital outflow di emerging market,” ujarnya.

Selain itu, penyempitan likuiditas karena bank dalam posisi mengejar pertumbuhan kredit yang tinggi pasca-pandemi melandai, tapi terhalang oleh kenaikan tingkat suku bunga.

Baca Juga: Kurs Rupiah di BRI, BNI, Mandiri, dan BCA, Selasa (14/6/2022)

“Perebutan dana antara pemerintah dan bank dalam menjaga tingkat pembiayaan defisit anggaran akan membuat dana deposan domestik berpindah ke SBN. Crowding out sangat membahayakan kondisi likuiditas di sektor keuangan,” tuturnya.

Adapun untuk perdagangan besok, Selasa (21/6/2022) Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi, ditutup melemah di rentang Rp14.820-Rp14.870.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Rupiah Berakhir Melemah Rp14.836 per Dolar AS, Imbas Capital Outflow

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya