SOLOPOS.COM - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharani (kiri) dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy (kanan), memberikan penjelasan kepada wartawan seusai meninjau pembagian Bantuan Sosial Tunai (BST) di pendopo kantor Kelurahan Jebres, Solo, Jumat (29/1/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Sejumlah daerah di Indonesia mulai mengeluhkan kapasitas ruang isolasi rumah sakit atau RS rujukan yang penuh akibat lonjakan kasus Covid-19 selama dua bulan terakhir.

Hingga pekan ke-3 Januari ini, kumulatif kasus positif Covid-19 nasional menembus 1 jutaan orang. Terkait itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengingatkan agar daerah gencar melakukan 3T yakni tracing (melacak), testing (mengetes), dan treatment (perawatan).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Rapat terakhir, Presiden menekankan kembali pentingnya 3T. Testing dan dipilah yang terpapar kemudian diklasifikasi siapa yang asimtomatik, ringan, sedang, dan berat. Mereka yang asimtomatik atau ringan menjalani karantina terbatas pada suatu tempat. Tingkatnya bisa RT, RW, dan kelurahan. Bahkan, mungkin keluarga harus mengintensifkan langkah-langkah berikutnya hingga treatment atau pengobatan,” kata Muhadjir saat berkunjung ke RSUD Bung Karno, Solo, Jumat (29/1/2021) pagi.

Baca Juga: 8,5 Tahun Mengawal Dinamika Warga HP 16, Eks Lurah Semanggi Solo Agus Santoso Kenyang Didemo 

Ihwal RS rujukan Covid-19 yang mulai kolaps, Muhadjir meminta agar setiap RS mengalokasikan minimal 40% dari total kapasitas khusus untuk bed isolasi. Penuhnya RS salah satunya adalah dampak dari sedikitnya bed isolasi RS tersebut, jauh dari amanat Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan.

Surat Edaran

“Ini juga menjadi tugas saya memantau apakah RS menaati atau tidak surat edaran ini. Kalau ada rumah sakit yang tidak patuh, ya kami beri sanksi,” ucapnya.

Muhadjir juga menekankan pentingnya menetapkan status kesehatan warga konfirmasi positif Covid-19. Apakah mereka termasuk asimtomatik, ringan, sedang, dan berat. Status tersebut menjadi dasar rujukan, sehingga hanya yang kondisinya sedang dan berat yang dirawat di RS rujukan Covid-19.

Baca Juga: Setelah 20 Hari, Jasad 2 Korban Sriwijaya Air Asal Sragen Akhirnya Teridentifikasi

Mereka yang bergejala ringan atau asimtomatik menjalani isolasi mandiri. “Bisa di rumah, di lingkungan setempat yang disediakan RT/RW/kelurahan, atau kalau di kota besar seperti Jakarta sudah ada tempat khusus,” imbuhnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengaku terus melakukan pendekatan kepada RS untuk meningkatkan kapasitas bed isolasi pasien Covid-19. Penambahan tak bisa serta merta, lantaran RS juga menangani pasien dengan penyakit lain.

“Kalaupun RS Solo sudah menyediakan, namun rujukan dari daerah lain juga banyak. Jadi siapa yang akan menangani? Enggak bisa juga penyakit lain dikesampingkan. Harus jalan bareng-bareng. Kami sudah menyampaikan SE Menkes tersebut ke seluruh RS,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya