SOLOPOS.COM - Kondisi rumah mendiang Wahyu Sardono alias Dono Warkop DKI di Kragan, Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten Sabtu (6/11/2021). Rumah yang sudah kosong bertahun-tahun itu masih dikunjungi wisatawan sekadar swafoto. (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Rumah mendiang pelawak Wahyu Sardono alias Dono Warkop DKI di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, menjadi pusat perhatian. Rumah lawas tersebut merupakan tempat sang pelawak lahir dan dibesarkan hingga lulus SMA.

Sebagai informasi, pelawak kelahiran 30 September 1951 itu menghabiskan masa kecilnya di Klaten, Jawa Tengah. Dia tinggal di rumah keluarganya yang berlokasi di Jl Garuda, RT 002/RW 011, Dukuh Kragan, Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kini, rumah tersebut dalam kondisi kosong. Semua anggota keluarga Dono telah meninggalkan rumah tersebut. Meski demikian, kondisi rumah itu masih terawat, bahkan isi di dalam rumah Dono masih lengkap. Selama ini, rumah itu dirawat oleh Siti, 52, dan suaminya.

Baca juga: Isi Rumah Dono di Klaten Masih Komplit Hlo, Begini Kondisinya

Ekspedisi Mudik 2024

Ditemui Solopos.com, di rumah Dono Warkop, Sabtu (6/11/2021), Siti dan suaminya mengaku tidak pernah sekalipun masuk ke dalam untuk melihat isi rumah tersebut. Padahal di dalam rumah tersebut, kata dia, masih terdapat berbagai perabot rumah tangga.

“Kami enggak berani masuk ke dalam rumah. Yang kami bersihkan hanya bagian luar [teras],” katanya.

Adapun rute menuju ke rumah mendiang Dono dari lampu merah Pasar Delanggu ambil ke arah barat. Posisi rumahnya berada sekitar 100 meter dari Balai Desa Delanggu atau 50 meter dari bekas pabrik karung goni.

Baca juga: Rumah Dono Warkop di Klaten Kosong Puluhan Tahun, Angker Gak Ya?

Sesampainya di sana, Anda mungkin tidak akan langsung mengenali rumah tersebut. Sebab, tidak ada plang khusus yang menandai jika rumah itu adalah milik mendiang Dono Warkop.

Jika dilihat dari bangunannya, rumah itu jauh dari kesan mewah, malah justru sangat sederhana. Bangunan rumahnya terbuat dari kayu. Atapnya genting tanah yang sudah berwarna coklat kehitaman menandakan usianya yang sudah tua dan dilengkapi dengan seng di bagian teras. Bagian atap rumah model lama itu pun sudah mulai keropos.

Baca juga: Semua Objek Wisata Klaten Sudah Buka, Tapi Tetap Jaga Prokes Ya…

Bagian teras rumah tersebut kini dimanfaatkan oleh anak Siti sebagai kedai susu segar. Jadi sesampainya di sana, Anda akan melihat spanduk hijau bertuliskan Susu Segar Boyolali Mas Hendra.

Meski sudah lapuk dimakan usia, umah kosong peninggalan Dono Warkop itu masih sering didatangi warga maupun wisatawan yang melintas di Delanggu. Bahkan ada beberapa vlog yang direkam di sekitar lokasi tersebut.

Namanya Dijadikan Judul Lagu, Waldjinah Menangis Haru

Solopos.com, SOLO Ada cerita unik tentang ratu keroncong Waldjinah di panggung 25 Tahun Endah Laras Berkarya di Pendapa Loji Gandrung, Solo, Jumat (5/11/2021) malam. Penyanyi yang terkenal dengan lagunya “Walang Kekek” bahkan sampai terharu dan menangis dibuatnya.

Di panggung 25 tahun berkarya dengan tajuk Endahing Waldjinah, Larasing Keroncong itu, Endah Laras mempersembahkan lagu berjudul “Waldjinah” yang ia nyanyikan bersama sang ratu keroncong yang lahir pada 7 November 1945 itu.

Seusai menyanyikan lagu itu, Endah Laras menunduk lalu mencium tangan sang guru senior yang duduk di kursi roda sebelah kirinya. “Mugi ibu remen ing penggalih [semoga ibu suka]. Lagu Ibu Waldjinah,” kata Endah dengan suara pelan.

Waldjinah pun terisak. Ia terharu sekaligus bahagia atas kado ulang tahun ke-76 tersebut. “Aku seneng banget. Saya bangga kamu bikin lagu ini untukku, walau namaku enggak sebesar yang kamu tulis itu,” kata Waldjinah menahan tangis.

Baca Juga: Digelar Tiap Pekan, Atraksi Prajurit Keraton Solo Disiarkan di Youtube

Penonton menghujani kedua seniman andalan Solo tersebut tepuk tangan. Suasana haru berubah hangat dan ceria saat Endah kembali menegaskan legacy Waldjinah yang begitu besar di musik keroncong. Endah berulang kali menyatakan kekagumannya.

“Ibu sangat pantas mendapatkan ini semua. Ibu harus sehat selalu. Kita semua masih ingin didampingi ibu,” kata Endah lantang disambut tepuk tangan. Selesai dengan momen sentimentil tersebut, pentas dilanjutkan dengan Bunga Anggrek, Pitutur, dan lagu pamungkas Ayo Ngguyu.

Penghargaan Khusus

Panggung 25 tahun berkarya dengan tajuk Endahing Waldjinah, Larasing Keroncong itu memang dipersembahkan khusus untuk musik keroncong dan Waldjinah. Endah menaruh hormat setinggi-tingginya kepada sang guru senior. Baginya, tak ada perayaan perak jika dia tak bertemu dengan musik keroncong maupun Waldjinah.

Malam itu Endah memberikan penghargaan khusus bagi tiga maestro yakni Waldjinah, mendiang Anjar Any, dan Manthous. Juga pemberian apresiasi seni kepada 30 seniman sepuh keroncong.

Baca Juga: Ikut Gowes Tour de Borobudur, Gibran Ngaku Pinjam Sepeda ke Ganjar

Karier Endah saat masih remaja diawali dengan musik keroncong. Sampai akhirnya sekarang dikenal sebagai seniman multitalenta yang menguasai berbagai bidang. Endah fasih penyanyi, pencipta lagu, menari, hingga main film.



“Keroncong adalah fondasi saya masuk di dunia hiburan. Sampai akhirnya saya menguasi bidang lainnya. Ini sebagai wujud terima kasih saya kepada musik keroncong,” katanya.

Konser dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) malam itu terasa sangat hangat. Endah menceritakan setiap detail perjalanan hidup dan kariernya lewat lagu-lagu yang ia bawakan.

Misalnya lagu Yen ing Tawang Ono Lintang mengingatkan kembali momen kali pertama dia berani tampil ke publik saat masih remaja. Kemudian Bunga Anggrek yang menjadi tonggak karirnya sebagai penyanyi sekaligus pemain okulele.

Baca Juga: Hadiri Acara di Keraton Solo, Wamenparekraf Jatuh Pingsan

Ucapan Selamat dari Presiden Jokowi

Lagu Pitutur membahas soal kedekatannya dengan sang putri semata wayang. Disusul tembang Stambul Baju Biru sebagai lagu pertama yang membawanya pentas di luar negeri.

Tak lupa, Endah membawakan Ayo Ngguyu sebagai nomor andalannya tiap kali pentas ke mana pun. Lagu tersebut yang selalu membuat Endah makin dekat dengan para penonton.

Seperti saat malam konser, Jumat lalu, ia mengajak Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Waldjinah, dan Ketua Kadin Solo Gareng S Haryanto untuk tertawa. “Ayo ngguyu, Mas Wali,” pintanya sembari memberikan mikrofon ke arah Gibran.

Baca Juga: Ribuan Anggota LDII Datangi Kantor MUI Solo, Ternyata Ini Pemicunya

Gibran kemudian merespons dengan tertawa meski kurang lepas. Konser yang sebelumnya direncanakan di Studio Musik Lokananta ini juga disiarkan melalui kanal Youtube Endah Laras Channel, Gibran Rakabuming, dan Sanggar Cemara Channel.

Pentas Endah turut didukung sejumlah pihak seperti penyanyi keroncong muda, Woro Mustiko, arranger musik Tommy Widodo, produser Blontank Poer, Brayat Endah Laras, penata artistik panggung Agil Yuniardi dari Rumah Blogger Solo (RBI), serta Agarillus Series.

Sejumlah tokoh turut mengucapkan selamat atas perayaan perak tersebut. Salah satunya yakni Presiden Joko Widodo. Dalam sambutan lewat video singkat, Jokowi, mengapresiasi sekaligus memberikan semangat kepada Endah. Baginya, apa yang dilakukan Endah hari ini merupakan upaya baik untuk memperpanjang nafas musik keroncong di Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya