SOLOPOS.COM - Ilustrasi kawasan merokok (JIBI/Harian Jogja/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Aktivitas merokok diklaim sebagai tindak kekerasan terhadap anak. Hal tersebut lantaran para orang tua yang merokok di depan anak-anaknya akan mempengaruhi psikologis anak.

Menurut Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Solo, dr. Sigit Priohutomo, seseorang sudah mengenal apa itu rokok sejak masa kanak-kanak. “Mereka sudah terbiasa melihat orang tua mereka merokok, dan akhirnya tertanam di benak mereka untuk merokok apabila dewasa nanti,” jelas dia saaat ditemui Solopos.com, di  Car Free Day (CFD) Jl. Slamet Riyadi Solo, Minggu (1/6/2014).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sigit menjelaskan beberapa anak terdampak rokok juga sudah mulai merokok sejak usia dini. “Dengan menjadi perokok pasif pun, anak-anak sudah mengalami dampak dari asap rokok yang akan merusak organ tubuhnya terutama paru-paru,” tutur dia.

Lebih lanjut Sigit menerangkan dampak merokok memang tidak langsung dirasakan oleh perokok, namun kerusakan organ tubuh akibat asap rokok sendiri tidak bisa dipulihkan lantaran organ tersebut sudah tak berfungsi seperti sebelumnya. “Tidak ada kenikmatan dalam merokok, yang ada hanya kecanduan dan candu tersebut hanya akan membawa bencana bagi kesehatan perokok saja,” ujar dia.

Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, BBKPM Solo mengumpulkan 30.000 cap telapak tangan di kain putih sebagai kampanye antirokok, aksi tersebut digagas oleh tim dari Republik Aeng-Aeng serta didukung oleh Pemkot Solo untuk mendapatkan  empat kaegori rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Empat kategori tersebut diperuntukan Republik Aeng-Aeng sebagai penggagas , BBKPM sebagai penyelenggara, Pemkot Solo sebagai Pendukung, dan Asosiasi Rumah Sakit dan Balai Besar Kesehatan Paru (ARSABAPI) sebagai pendukung dari aksi Cap Telapak Tangan Terbanyak Dengan Pesan Stop Asap Rokok.

Dengan diperolehnya rekor Muri tersebut Sigit berharap para orang tua menyadari tentang bahaya merokok. “Merokok sangat tidak baik bagi kesehatan keluarga perokok sendiri. Bayangkan jika generasi berikutnya hanya bangga dan gemar membakar uang untuk sekadar menikmati sesuatu yang merusak organ penting tubuhnya,” tutur dia.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Solo, Budi Suharto , pemecahan rekor MURI harus menjadi cambukan untuk aksi lebih nyata kedepan. “Selama ini kita sudah terlalu sering mengikuti penghargaan yang ramainya hanya pada saat pelaksanaan saja, sedangkan untuk aksi nyata kedepannya terkadang luput,” tutur dia.

Lebih lanjut Budi meragukan kesadaran warga Solo terkait bahaya merokok walaupun sudah mendapatkan rekor MURI. “Kalau hanya aksi, semua orang bisa melakukan. Untuk itu saya berharap semua lapisan masyarakat memiliki kesadaran terkait kerusakaan yang disebabkan asap rokok,” tegas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya