SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Iskandar)

Solopos.com, SOLO--Revitalisasi Museum Radya Pustaka yang terletak di kompleks Taman Sriwedari, Laweyan, Solo menyisakan sejumlah pekerjaan rumah. Karena kendati revitalisasi dianggap telah selesai, faktanya masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

“Etalase yang bahannya mayoritas berbahan kaca ini baru saja dibua. Tetapi kualitasnya tidak memadai dan ukurannya juga tidak pas sehingga banyak koleksi museum yang tidak bisa dimasukkan di etalase itu,” papar Ketua Komite Museum Radya Pustaka Solo, Purnomo Subagyo ketika ditemui wartawan di sela-sela mendampingi tamu di museum, Selasa (11/2/2014).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seperti diwartakan sebelumnya sejumlah koleksi benda bersejarah milik Museum Radya Pustaka, Solo terancam tak bisa dipamerkan. Karena bentuk dan ukuran etalase baru yang dibuat bersamaan dengan revitalisasi museum itu tak sesuai dengan barang yang ada.

Lebih lanjut Purnomo mengatakan terkait persoalan itu pihaknya tak akan memaksakan koleksi museum yang tak bisa dipajang pada etalase dimasukkan. Dikhawatirkan jika dipaksakan justru akan merusak beberapa koleksi berharga itu.

Ditanya jumlah etalase yang tak bisa dimanfaatkan untuk memajang koleksi museum, Purnomo menyatakan dari kira-kira 50 etalase yang ada mayoritas tak bisa digunakan. Kendati demikian sementara ini pihaknya tak akan membongkar etalase kaca yang dipasang menempel pada dinding-dinding museum. Karena hal itu dinilai bukan menjadi kewenangannya.

“Nanti kalau ada peninjauan dari pusat saya akan membeberkan berbagai kekurangan yang ada. Karena revitalisasi museum ini kan merupakan proyek pusat. Jadi dalam hal ini kami tidak tahu-menahu persoalan tersebut,” ungkap dia.

Dia menengarai pembuatan etalse tersebut tanpa melalui kajian yang matang. Akibatnya sejumlah barang-barang berharga yang menjadi koleksi museum tidak bisa dipajang pada etalase itu.

Sementara itu petugas perpustakaan Museum Radya Pustaka, Kurnia Heriwati juga mengaku tak tahu perhitungan pembuatan tersebut. Dia dan sejumlah rekan-rekannya menyangsikan kekuatan etalase dari kaca jika museum dibuka untuk umum.

Sebab pengunjung yang biasanya terdiri atas berbagai usia dinilai mempunyai perilaku beraneka macam pula. Dikhawatirkan jika pengunjung berjubel, tidak hati-hati dan kemudian mendesak kaca terlalu keras, kaca itu bisa pecah.

“Lihat rak kaca ini ketika saya muati empat botol plastik berisi minuman kemasan 600 ml sudah melengkung. Padahal air minuman pada botol ini tidak penuh karena sudah diminum sehingga isi satu botol tidak sampai 600 ml,” ujar Kurnia.

Padahal, kata dia, arca perunggu milik museum yang biasa dipamerkan, berat per buah mencapai 5 kilogram. Karena itu dia khawatir ada beberapa benda milik museum tak bisa dipajang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya