SOLOPOS.COM - Ilustrasi tentara di medan perang. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Atas arahan Presiden Vladimir Putin, Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Konflik terbuka antara dua negara salah satu pemicunya karena keinginan Ukraina untuk bergabung dengan The North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Rusia memandang Ukraina sebagai penyangga kepentingan NATO akan wilayah Eropa Timur, sedangkan Ukraina memandang Rusia sebagai agresor yang menduduki wilayah negaranya.

Konflik ini menjadi sorotan internasional setelah adanya argumen peluang pecahnya Perang Dunia ke-3, hal tersebut dikarenakan Rusia tidak akan main-main terhadap negara yang membantu Ukraina.

Baca Juga: Ungkapan Hati Pengunjuk Rasa Warga Rusia: Maafkan Kami, Ukraina

“Siapapun yang mencoba mengganggu dan ikut campur urusan kami, dan bahkan menciptakan ancaman bagi negara dan rakyat kami, harus tahu bahwa tanggapan Rusia akan datang secepat mungkin dan memberikan konsekuensi yang belum pernah anda alami dalam sejarah negara anda,” demiian pernyataan Vladimir Putin dalam pidatonya pada Kamis (24/2/2022).

Sebenarnya Rusia dan Ukraina sempat menjadi satu negara di bawah naungan Uni Soviet pada 1922. Meskipun memiliki pemerintahan yang sama, kebijakan Stalin pemimpin Uni Soviet saat itu sempat menyebabkan terbunuhnya berjuta-juta etnis Ukraina pada 1932 – 1933.

Hingga pada 1991 Uni Soviet bubar, Ukraina berdiri sebagai negara yang merdeka dan konflik sebenarnya dengan Rusia dimulai. Dilansir dari The New York Times inilah timeline konflik antara Rusia dan Ukraina:

Baca Juga: Konflik Rusia dan Ukraina Berpotensi Pengaruhi Inflasi Indonesia

Februari 2014

Terjadi protes di Main Square di Ibu kota Ukraina, Kyiv yang dilayangkan kepada Presiden Ukraina Yanukovych atas kegagalan penandatanganan perjanjian dagang dengan Uni Eropa.

Hal tersebut disebabkan Yanukovych yang pro-Rusia ditambah dengan tekanan Rusia yang melarang kerja sama dengan Uni Eropa. Insiden ini menyebabkan bentrokan dan meninggalnya lebih dari 100 orang protestan.

April 2014

Rusia mulai menginvasi semenanjung Krimea di Ukraina, yang menyebabkan dua wilayah berpisah dari Ukraina yaitu Donetsk dan Luhansk.

Perang masih berlanjut ke Ukraina Timur yang disebut dengan Donbas, kemudian menyebar ke Barat. Peristiwa ini menyebabkan 13.000 tentara dan warga sipil kehilangan nyawa.

Baca Juga: Uni Eropa hingga Jepang Perberat Sanksi untuk Rusia, China Bergeming

2014 – 2015

Rusia, Ukraina, Jerman, dan Prancis sempat menandatangani perjanjian gencatan senjata yang disebut dengan Perjanjian Minsk, tetapi banyak yang melihat hal ini secara ambigu. Tahun-tahun setelahnya hubungan antar kedua negara semakin memburuk dan tuduhan dilayangkan berkali-kali.

2021 – 2022

Rusia mengirimkan pasukan ke perbatasan Ukraina dengan dalih sebagai latihan militer pada April 2021, hal ini memicu kemarahan dari berbagai negara barat yang tergabung dalam NATO.

Selain faktor geografis ada hal lain yang membuat Putin menentang keras masuknya Ukraina ke NATO, ini berkaitan dengan historis Ukraina yang merupakan satu kesatuan dengan Rusia dulu.

“Saya yakin bahwa kedaulatan Ukraina hanya mungkin terjadi dalam kemitraan dengan Rusia. Bersama-sama kita selalu dan akan berkali-kali lebih kuat dan lebih sukses. Karena kita adalah satu orang,” pernyataan presiden Putin di bulan Juli 2021 yang dikutip dari The Washington Post.

Sementara itu Ukraina sebagai negara yang merdeka menginnginkan kebebasannya dalam menjalin kerja sama politik dengan negara mana saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya