SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga kesehatan yang menjadi salah satu klaster Covid-19 di Boyolali (Reuters)

Solopos.com, SOLO--Jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 terus bertambah. Data Lapor Covid19 per 3 Februari 2021 menunjukkan ada 688 nakes meninggal dunia. Lebih dari separuh mereka yang meninggal merupakan dokter (289 orang) dan perawat (217 orang).

Selain itu, masih ada 100 orang bidan meninggal dunia, 20 dokter gigi, dan 3 sanitarian. LaporCovid19 juga mencatat ada 17 ahli teknologi laboratorium medik (ATLM) meniggal, 6 apoteker, 5 rekam radiologi, dan sejumlah profesi bidang kesehatan lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terus bertambahnya jumlah nakes yang meninggal membuat Indonesia menjadi urutan tertas jumlah nakes meninggal di Asia. Di tingkat global, statistik kematian ini memposisikan Indonesia di nomor tiga.

Baca Juga: RS Rujukan Covid-19 di Sukoharjo Diminta Tambah 30 Persen Bed

Data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah per 9 Januari 2021 menunjukkan ada 35 dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Selain itu masih ada sekitar 193 dokter yang terkonfirmasi positif Covid-19. Jumlah ini membikin Jateng berada di urutan ketiga nasional jumlah dokter yang meninggal dunia.

“Hingga 9 Januari 2021, tercatat sudah 35 dokter yang meninggal akibat Covid,” kata Ketua Bidang Mitigasi IDI Wilayah Jawa Tengah, Heru Muryawan, sebagaimana diberitakan Antara, 15 Januari 2021.

Anggota Tim Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19, Mariya Mubarika, mengatakan memang ada kelelahan atau burnout besar sekali dan berat terhadap nakes.

Baca Juga: Jangan Berpangku Tangan, Gali Kreativitas Selamatkan Bisnis Perhotelan

Data menunjukkan hampir 95 persen nakes mengalami kecemasan takut tertular. Selain itu, 49 persen dari mereka memiliki kecemasan dengan sedang-berat yang diukur dari mimpi dan keluhan-keluhannya.

“Ini berdampak sekali dalam pelayanan kesehatan. Ketika terpapar dalam kondisi stres, di tubuhnya kadar sitokin sudah tinggi. Ini kenapa nakes ketika terpapar cepat sekali masuk sedang, berat, ICU dan banyak yang tidak tertolong. Masalahnya ini,” kata Mariya, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (2/2/2021).

Pasien Asimtomatik

Rasa takut dan stres yang terjadi di kalangan nakes terjadi lantaran banyak orang bingung menghadapi virus corona pada awal-awal pandemi. Meski demikian, perlahan sains bisa menjelaskan virus termasuk mutasinya yang cepat. Sementara itu, kasus pasien tanpa gejala atau asimtomatik juga tinggi.

Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Anies Baswedan Sudah Di Garis Start Pilpres 2024

Apabila dilihat dari faktor penularan, penularan dari permukaan hanya 8,2 persen. Hal ini mengindikasikan nakes memiliki keterampilan yang lebih baik menghadapi virus corona. Penularan tinggi justru terjadi karena inhalasi yakni 57 persen. Faktor ini dipicu oleh viral load yang sangat tinggi di fasilitas kesehatan. Berikutnya penularan terjadi melalui droplet sebesar 35 persen.

Selain oleh faktor imunitas, risiko penularan terhadap nakes di Indonesia maupun di luar negeri lebih banyak terjadi di IGD, bukan di ruang isolasi atau ICU. Penularan ini terjadi diduga akibat adanya pasien-pasien asimtomatik yang menulari nakes.

“Kalau dokternya imunitas kuat dan maskernya baik mungkin aman. Tapi kemampuan masker ini terbatas dan banyak masker palsu yang nakes sulit membedakannya. Ada juga tertular dari lingkungan sosialnya atau keluarga,” ujar Mariya.

Baca Juga: Jangan Asal Unggah Selfie Kartu Vaksinasi Covid-19 di Medsos, Ini Alasannya

Merasa Tertekan

Kondisi stres juga memicu penularan terhadap nakes. Nakes yang bertugas di melayani pasien langsung, melihat orang panik, hingga harus memutuskan siapa yang masuk ICU, cenderung merasa tertekan dan mentalnya nge-drop dibandingkan petugas laboratorium.

“Keterpaparan yang terus menerus itu mungkin kalau disuruh memilih dia akan memilih [pekerjaan] yang lain. Tapi ini pekerjaan merupakan panggilan jiwa dengan risiko besar. Dalam negara yang menangani pandeminya baik sekalipun, nakes berisiko tiga kali lipat dibanding masyarakat,” tutur dia.

Mariya kini tengah mempersiapkan pemberian layanan kepada nakes yang memiliki masalah kesehatan. Layanan ini bisa diakses melalui Helpline 117 dengan extension 3. Melalui layanan itu nakes bisa mendapatkan fasilitas konsultasi dokter ahli, psikolog, psikiater, dan lainnya.

Baca Juga: Peluang Bisnis Air Minum Isi Ulang Menyegarkan

Ia mengimbau kepada nakes agar banyak membaca jurnal-jurnal terbaru perkembangan Covid-19 dan melakukan advokasi demi keselamatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Sebagai contoh misalnya sirkulasi udara yang buruk di gedung memerlukan pembersih udara khusus dan penyinaran UV Filter. Nakes juga diminta memakai masker bedah yang asli.

Koordinator RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Tugas Ratmono, mengatakan penanganan pasien Covid-19 dengan derajat sedang-berat memberikan beban psikologi luar biasa bagi nakes. Hal ini semestinya direspons dengan memberikan sif lebih pendek kepada mereka yang bekerja di IGD.

Di Rumah Sakit Darurat Corona Wisma Atlet, misalnya, jam kerja nakes dibagi ke dalam sif dan tim. Nakes yang sudah bekerja selama 8 jam diatur sedemikian rupa sehingga akan kembali bekerja setelah 32 jam kemudian.

“Secara umum 8 jam kerja. Satu tim besar ada 5 tim kecil. otomatis 8 jam kerja setelah itu off 32 jam baru kerja lagi. Jadi bisa istirahat satu hari lebih untuk meningkatkan kebugaran dan psikologis,” kata Tugas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya