Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Sebagaimana diketahui, Radya Pustaka termasuk salah satu bangunan di kawasan Sriwedari yang disengketakan antara Pemkot dengan ahli waris Wiryodiningrat. Hingga kini, keputusan sengketa lahan di pengadilan belum juga incraht. Namun demikian, Widdi optimistis renovasi musem berjalan lancar. Selain izin renovasi, pihaknya menggandeng Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) sebagai modal untuk melangkah.
“Renovasi akan mengembalikan bentuk museum di masa lalu. Renovasi juga akan menata ruang pameran agar tidak semrawut seperti sekarang,” jelasnya.
Menurut Widdi, tim merekomendasikan renovasi menyeluruh pada bangunan berusia 122 tahun tersebut. Artinya, perbaikan akan menyasar bangunan di belakang museum yang hampir roboh. Renovasi, imbuhnya, juga bakal menyentuh pembuatan taman di depan museum.
Disinggung adakah komunikasi dengan ahli waris ihwal renovasi, Widdi menggeleng. “Kami rasa tidak perlu menginformasikan ke ahli waris. Kami tidak bersinggungan dengan lahan sengketa.”
Lebih jauh, Widdi mengungkapkan penataan akan menempatkan benda pusaka terpisah dengan benda purbakala. Sementara kondisi 300-an literatur kuno, imbuhnya, akan diawetkan melalui metode dokumentasi terstandar. Pihaknya mengaku sudah dijamin dana renovasi sebesar Rp3 miliar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Dana itu kemungkinan turun pekan kedua April. Nanti DED (detail engineering design) yang garap Dinas Tata Ruang, sedangkan kami pengguna anggaran fisik,” urainya.
Sekretaris Museum Radya Pustaka, Djaka Darjata, berharap renovasi bangunan bisa memicu peningkatan kunjungan. Ia mengakui kondisi museum selama ini berpengaruh terhadap sepinya pengunjung. Berdasarkan penjualan tiket, Djaka menyebut jumlah kunjungan wisatawan domestik tak lebih dari 20 orang per hari. “Tingkat kunjungan itu belum mampu menopang pengelolaan museum secara mandiri,” pungkasnya.