SOLOPOS.COM - Bangsal Pagongan Selatan di kompleks Masjid Agung Solo yang sudah selesai direvitalisasi dan siap digunakan untuk menempatkan gamelan sekaten. Foto diambil Rabu (28/9/2022). (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Bangsal Pradangga atau Pagongan milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di halaman Masjid Agung Solo sudah selesai direnovasi dan siap digunakan untuk menabuh gamelan Sekaten mulai Sabtu (1/10/2022).

Bangunan tersebut nantinya digunakan untuk Hajad Dalem Pareden Garebeg Mulud Tahun Ehe 1956. Pagongan terletak simetris di sisi selatan dan utara halaman Masjid Agung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Solopos.com di Kompleks Masjid Agung Solo, Rabu pukul 17.30 WIB, dua Pagongan tampak bersih dengan cat baru. Bagian atapnya juga masih baru dengan atap sirap dari kayu ulin.

Sementara bagian lantainya juga sudah disapu. Di sisi lain, puluhan orang tampak bersiap mengikuti salat jemaah Magrib di Masjid Agung. Sekretaris Takmir Masjid Agung Solo, Abdul Basid Rochmad, mengatakan salah satu persiapan Sekaten berupa revitalisasi Bangsal Pradangga.

Bangunan Bangsal Pradangga yang kerap disebut Bangsal Sekati atau Pagongan nanti untuk menabuh gamelan Sekaten Solo selama sepekan. Proses revitalisasi telah berlangsung sejak Juli 2022.

Baca Juga: Gamelan Sekaten Solo Ditabuh Akhir Pekan Ini, 1.000 Orang bakal Dilibatkan

Pada laman https://lpse.surakarta.go.id/, pagu anggaran proyek tersebut mencapai Rp487,79 juta. Selain menggunakan Pagongan yang baru saja direnovasi, perayaan Sekaten tahun ini merupakan kali pertama digelar setelah vakum dua tahun.

Gamelan Sekaten Ditabuh Nonstop Sepekan

Selama dua kali Rabiul Awal atau Maulud, Sekaten Keraton Solo ditiadakan. Sekaten kembali digelar tahun ini setelah pandemi Covid-19 cukup reda. Tradisi dan ungeling gongso yang ditunggu-tunggu masyarakat itu akan digelar menggunakan Pagongan dengan wajah baru.

“[Uniknya] Setelah dua tahun tidak ada Sekaten. Jadi tahun ini gamelan Sekaten Solo dibunyikan di Pagongan yang telah direnovasi. Jadi perdana dipakai,” kata Basid kepada Solopos.com, Rabu (28/9/2022).

Baca Juga: Ditabuh Nonstop Sepekan, Begini Asal Usul Sepasang Gamelan Sekaten Keraton Solo

Pagongan menjadi lokasi peletakan gamelan Sekaten yang akan dibunyikan nonstop selama sepekan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yakni mulai Sabtu (1/10/2022). Gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di Pagongan sisi selatan melambangkan syahadat tauhid.

Sedangkan gamelan Kyai Guntur Sari di Pagongan utara melambangkan syahadat rasul. Sebelum ungeling gangsa atau ditabuhnya gamelan milik Keraton Solo itu, sebanyak 1.000 orang akan memindahkan gamelan dari Keraton Solo atau miyosaken Kagungan Dalem Gongsa Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ke Masjid Agung Solo mulai pukul 09.00 WIB.

Basid menambahkan seluruh bagian Pagongan sudah selesai direnovasi. Proses renovasi dilakukan dengan memperbarui atap sirap milik Bangsal Pagongan.

Baca Juga: Tak Hanya Pasar Malam, Grebeg Maulud juga Digelar di Sekaten Keraton Solo

Renovasi Pagongan Masjid Agung Solo Pertahankan Ciri Khas

Penggantian atap sirap tersebut merupakan usulan dan rekomendasi dari Keraton Solo dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah. “Semuanya [yang direnovasi], terutama atap dikembalikan dari bahan sirap atas usulan rekomendasi BPCB Jateng dan Keraton Surakarta,” imbuh Basid.

Atap sirap biasanya dibuat dari kayu yang keras dan tahan cuaca. Setelah revitalisasi, kini Bangsal Pagongan dilengkapi dengan atap sirap kayu ulin. Tipe atap ini banyak dikenal masyarakat. Kabarnya, kayu ulin banyak ditemui di Kalimantan.

“[Sebelumnya] Ya siap. Saat ini untuk kualitas dicari yang terbaik dari kayu ulin,” kata Basid. Selain tahan cuaca, atap sirap juga mampu menyerap panas sehingga orang yang berteduh di Pagongan tak akan kepanasan.

Baca Juga: Pasar Malam Sekaten Solo Banyak Masalah, Budayawan: Kembalikan ke Esensinya

Penggantian atap sirap juga diharapkan bisa mempertahankan ciri khas Pagongan. Ciri tersebut dipertahankan agar keaslian bangunan tetap bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.

“Betul lebih teduh. Karena atap menyerap panas dan juga untuk mempertahankan keaslian atap bangunan agar diketahui kalau bangunan aslinya atapnya sirap. Untuk bahan pengetahuan generasi yang akan datang,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya