SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Burhan Aris Nugraha/dok)

Solopos.comn, JAKARTA—Jumlah kiriman uang TKI (remitansi) yang bekerja di luar negeri ke Tanah Air mencapai US$5,55 miliar atau setara dengan Rp61,05 triliun hingga Agustus 2013 jika asumsi rata-rata kurs sebesar Rp11.000 per US$ pada periode tersebut.

Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Kemenakertrans Reyna Usman mengatakan remitansi 2013 tersebut, secara tahunan berpotensi mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode 2012. “Remitansi biasanya mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada periode perayaan hari besar agama Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha,” katanya kepada Bisnis, Kamis (28/11/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pasalnya, hingga saat ini remitansi tertinggi masih berasal dari negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim. Berdasarkan data yang dilansir Bank Indonesia, TKI yang bekerja di Malaysia dan Arab Saudi mengirim uang terbanyak ke Tanah Air. Pada 2013, TKI di Malaysia mengirim sekitar US$1,93 miliar dan dari Arab Saudi sebesar US$159 juta.

Selain itu, banyaknya TKI sektor informal yang bekerja sebagai penata laksana rumah tangga (PLRT) yang cenderung lebih banyak mengirimkan uang karena tidak terbebani living cost di negara tujuan kerja. TKI sektor formal tidak banyak mengirimkan uangnya ke Indonesia lantaran terbebani biaya tinggal.

Ekspedisi Mudik 2024

“Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mempengaruhi kenaikan remitansi TKI.”

Remitansi tersebut, jelasnya, dikirim oleh sedikitnya 3,8 juta TKI dengan komposisi 58% hingga 60% bekerja untuk  sektor informal di negara-negara kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika, Amerika, serta Eropa dan Australia.

Data melengkapi, pada 2012 jumlah remitansi TKI mencapai sebesar US$7,02 miliar atau setara Rp67,87 triliun dengan asumsi kurs pada posisi Desember 2012 sebesar Rp9.670 per US$ dari sekitar 4 juta TKI di luar negeri.

Angka remitansi tersebut belum termasuk yang dikirim melalui wesel pos, western union, dan jasa perbankan lainnya. “BI biasanya baru menginformasikan data remitansi TKI setiap akhir bulan,” kata Reyna.
Dengan besaran remitansi yang dikirimkan, Reyna mengimbau kepada TKI dan keluarganya untuk tidak bersikap konsumtif menggunakan uang remitansi tersebut.

“Pemerintah mendorong kepada TKI dan keluarganya di Tanah Air untuk menggunakan upahnya sebagai modal usaha.”
Saat ini, TKI sudah dapat secara langsung mengakses kredit modal usaha melalui perbankan yang ditunjuk.

“Berbagai skim kredit/pembiayaan dikucurkan antara Rp15 juta hingga Rp20 juta untuk keluarga dan mantan TKI.”

Pada tingginya kiriman uang TKI ke Tanah Air, Ketua Umum Jamal for Migrant Jamal mendorong pemerintah untuk terus mengurangi pengiriman TKI sektor informal yang banyak tidak terampil ke luar negeri. “Pemerintah harus melihat tingginya devisa yang dihasilkan TKI.”

Untuk itu, lanjutya, pemerintah harus mengapresiasi dengan mengembangkan dan merevitalisasi balai latihan kerja (BLK) di sejumlah daerah kantong TKI. Pasalnya, hingga saat ini BLK masih banyak berada di Jakarta. Mahfum diketaui, jelasnya, minimnya pengetahuan menjadi pemicu tertinggi kasus kekerasan terhadap TKI.

Selain itu, pemerintah harus terus mengupayakan penciptaan dan perluasan lapangan kerja di dalam negeri untuk mengurangi jumlah TKI. “Besaran devisa yang dihasilkan TKI tidak sebanding dengan ancaman dan beban moral mereka, apalagi TKI yang bekerja sebagai PLRT.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya