SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani garam. (Antara)

Solopos.com, REMBANG — Rembang dikenal dengan julukan kota garam. Hal ini tak terlepas dari produksi garam yang berlimpah.

Bahkan, wilayah ini dikenal sebagai produsen garam terbesar di Jawa Tengah. Meski demikian, belakangan ini tambah garam di Rembang terus berkurang setiap tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dihimpun dari berbagai sumber, Senin (22/8/2022), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang menyatakan lahan garam menyusut karena beralih fungsi menjadi kawasan industri maupun tambak udang.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal ini terjadi karena petani kekurangan modal untuk memproduksi garam.

Akibatnya, banyak lahan yang tidak tergarap dan kemudian dijual atau dimanfaatkan untuk hal lain. Salah satunya tambak udang.

Baca juga : Perjalanan Dimulai, Ini Rute yang akan Ditempuh Tim Ekspedisi UMKM 2022

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Rembang, jumlah produksi garam mencapai 125.119,4 ton atau sekitar 6,8% kebutuhan nasional pada 2010. Dulu banyak tenaga kerja yang terserap dari industri tersebut.

Garam dari Kota Rembang ini pun memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan Universitas Diponegoro Semarang, kualitas garam Rembang hampir sama dengan garam impor.

Akan tetapi, belakangan harga jual garam dari kabupaten paling timur di Jawa Tengah ini justru anjlok. Harga tertinggi di musim panen hanya sekitar Rp800 per kilogram. Padahal, dulu harganya bisa mencapai Rp3.000 hingga Rp4.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya