SOLOPOS.COM - infografis Kartu ATM (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO–Sejumlah remaja pengguna kartu ATM di Kota Solo perlahan mulai meninggalkan transaksi menggunakan kartu ATM.

Data Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis Bank Indonesia (BI), kartu ATM dan debit baik secara volume maupun nilai transaksi mengalami kontraksi per Mei 2022.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari data tersebut, volume transaksi di ATM dan debit turun 6,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari 626,92 juta menjadi 586,71 juta per Mei 2022. Penyusutan juga diikuti dengan turunnya nilai transaksi 9,7% yoy. Nilai itu turun dari semula Rp669,96 triliun menjadi Rp605,27 triliun.

Abdul Halim, 22, warga indekos Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Banjarsari, Solo sudah hampir dua tahun meninggalkan transaksi menggunakan ATM.

Halim mengaku sejak 2021 ia sudah mengurangi transaksi dengan kartu ATM. Pada 2021 hingga sekarang, ia sama sekali tak menggunakan kartu ATM.

Baca Juga: Nasib Kartu ATM dan Debit, Akankah Tinggal Kenangan?

“Mulai 2021 udah ngurangin, tapi belum sepenuhnya. Setahun terakhir ini bisa dibilang sama sekali udah enggak pakai,” tutur dia saat diwawancara Solopos.com, Kamis (28/7/2022) sore.

Menurut Halim, ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan dirinya mulai meninggalkan kartu ATM.

Pertama, transaksi menggunakan kartu ATM lebih ribet dan harus membawa kartu tersebut ke mana pun. Belum lagi bila antrean menumpuk di mesin ATM.

“Ribet ya. Semenjak m-banking mulai lengkap bisa cardless langsung jarang pakai ATM karena kemana pun harus dibawa, antre kadang,” terang dia.

Tak hanya itu, Halim menilai tingkat kejahatan atau kegagalan transaksi menggunakan kartu di mesin ATM cukup tinggi. Ia mencontohkannya dengan skimming, kartu tertelan, atau mesin error.

Baca Juga: Transaksi Keuangan via ATM dan Debit Menurun, Ini Penyebabnya

“Skimming iya tapi tidak terlalu sering saya temui. Kalau ketelan dan mesin error itu hampir sering ada cerita orang kena,” paparnya.

Ia sendiri merasa malas mengurus seandainya kartu ATM miliknya tertelan mesin atau terkena skimming.

“Belum lagi kalau kena [skimming, tertelan] harus urus ini itu. Hilang juga urus,” timpa dia.

Meski begitu, Halim tak serta merta meninggalkan mesin ATM. Sesekali ia tetap menarik tunai di mesin ATM.

Namun, menggunakan layanan cardless m-banking. Selain itu, ia juga menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dibanding memakai uang tunai.

“Kalau tarik ya cardless, pakai m-banking kayaknya semua sekarang bisa,” jelasnya.

Sementara Teguh Wicaksono, 22, mahasiswa Solo asal Lumajang, Jawa Timur mulai meminimalisasi transaksi menggunakan kartu ATM.

Ia tak meninggalkan sepenuhnya. Hanya ia merasa sudah jarang transaksi menggunakan kartu ATM sejak awal 2022.

Dia memakai kartu ATM bila ia akan tarik tunai uang sakunya yang dikirim oleh orang tuanya. “Masih. Tapi sudah jarang. Paling untuk tarik tunai saja sepekan sekali,” paparnya.

Untuk transaksi transfer antar dan beda rekening, top up e-money, dan transaksi selain tarik tunai dan cetak bukti transaksi, Teguh menggunakan m-banking.

“Selain itu [tarik tunai] pakai m-banking [cardless], lebih enak sebetulnya, cuma kan tidak semua toko ada QRIS jadi tetap ambil uang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya