SOLOPOS.COM - MASUK REKOR—Muhammad Hafizurrachman Syarief (kedua dari kiri) menerima penghargaan atas prestasinya (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

MASUK REKOR—Muhammad Hafizurrachman Syarief (kedua dari kiri) menerima penghargaan atas prestasinya (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Muhammad Hafizurrachman Syarief, beberapa waktu lalu sempat mendaftarkan diri untuk menjadi rektor UGM. Meski masuk tujuh besar, dia gagal dipilih untuk menjadi orang nomor satu di UGM.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meski gagal menjadi rektor UGM, Hafiz, sapaannya mampu menorehkan sejarah bagi kampus Biru tersebut. Pasalnya dalam waktu satu tahun empat bulan atau 16 bulan 25 hari,  mahasiswa program S3 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran itu berhasil menyelesaikan pendidikannya. Prestasi ini membuat pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) meraih penghargaan Muri ke-5.399 sebagai mahasiswa program doktor tercepat dan IPK 3,76.

Bahkan lulusan master dari University Berkeley, California ini menyatakan sebenarnya ia dapat lulus pada 11 November 2011 lalu. Namun, tim promotor meminta pengunduran waktu ujian dengan alasan waktu pendidikannya terlalu singkat dan dapat mengakibatkan kehebohan.

Ekspedisi Mudik 2024

Jelang wisuda, Hafiz mengatakan tidak memiliki kegiatan, sehingga iseng mengikuti seleksi Pilrek UGM. Saat memberikan presentasi pengenalan mengenai dirinya di sidang pleno Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Syarief sempat menyatakan akan menjadi rektor pertama yang melantik diri sendiri jika terpilih. ”Di ijazah, nanti akan ada nama saya dan yang tanda tangan juga saya sendiri. Sayangnya tidak terpilih jadi rektor,” jelas dia dengan tertawa.

Pencapaiannya sebagai lulusan tercepat, disebutnya bukan hal yang spesial. Sebaliknya, ia justru mempertanyakan mahasiswa lain yang lama menyelesaikan studi.

”Jumlah SKS saya ini 40 SKS. Dengan setiap hari bekerja selama tujuh jam, saya berhasil menyelesaikan pendidikan dalam tiga semester. Jadi apa yang saya lakukan ini normal, sedang teman-teman yang lain mungkin banyak hambatan seperti ada kerjaan atau malas,” katanya sebelum acara pelepasan Mahasiswa S2 dan S3 Fakultas Kedokteran (FK) UGM, di Auditorium FK UGM, Rabu (25/4).

Penghargaan dari Muri, lanjutnya juga bukan sesuatu yang mustahil diraih orang lain. Atas alasan tersebut, ia menilai suatu saat akan ada orang lain yang dapat memecahkan rekornya.

Ditanya mengenai resep keberhasilan, ia berusaha fokus pada hidupnya. Sebelum memutuskan untuk kuliah, ia mengaku telah memiliki bayangan akan menulis topik untuk disertasi.

Selanjutnya, saat mulai kuliah pada semester pertama pria berusia 53 tahun ini mengambil program course yang ditawarkan FK UGM. Langkah ini yang dinilainya mempermulus pendidikannya. Ia juga sengaja memilih enam SKS di tiga kota, yakni dua SKS di UI, dua SKS di UGM dan dua SKS di Universitas Airlangga (Unair) untuk melengkapi topik mata kuliah pilihan.

Profesinya sebagai dosen di FKM UI untuk metodologi penelitian dan pengalaman menyelesaikan strata tiga di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) juga semakin memperlancar tugasnya.

”Perlu diketahui, doktor ini merupakan program saya yang kedua. Doktor pertama saya peroleh setelah kuliah di Magister Pendidikan UNJ pada 2007, sehingga saya memiliki pengalaman menulis disertasi,” ungkap dia.

Dengan disertasi berjudul Prediksi Kinerja Perawat di RSUD Tangerang dan Kebijakan, Hafiz berusaha menyuguhkan instrumen untuk meramalkan kinerja perawat dengan sembilan variabel. Melalui kajian ini, manajemen SDM RSUD Tangerang dapat mengetahui kondisi karyawan dan memberikan perilaku khusus bila dibutuhkan.

”Misal, ada perawat X, dari sembilan variabel yang ada terlihat kesehatannya kurang baik. Dengan program yang saya kembangkan, manajemen dapat meramalkan apakah perawat tersebut dapat bekerja dengan baik atau kurang lalu apa yang harus dilakukan SDM,” terang pria berkumis tebal ini.

Program yang dikembangkan Hafiz juga dapat diaplikasikan pada 12 tenaga ahli di rumah sakit. Hanya ia sengaja mempersempit pembahasan agar lebih fokus.

Hafiz menyatakan program ini juga dapat diadaptasi RSUD di provinsi lain. Dengan instrumen dan perbaikan kinerja layanan perawat RSUD lain akan mendorong pola layanan kepada masyarakat umum, termasuk pasien Jamkesmas, Jamkesda atau Jamkesos yang lebih baik.

Manajer Muri, Paulus Pangka menyampaikan sebelumnya tercatat lulusan doktor tercepat pada program pascasarjana Universitas Indonesia dengan waktu 22 bulan 25 hari. “Dengan waktu 16 bulan 25 hari, otomatis rekor tersebut telah dipecahkan dan tercatat pada urutan rekor Muri ke-5.399.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya