SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani milenial (Freepik)

Solopos.com, KLATENDesa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, membentuk kelompok petani milenial Demakijo. Salah satu alasan pembentukan kelompok tani tersebut untuk regenerasi petani di desa setempat.

Pengukuhan kelompok untuk petani muda itu dilakukan bersamaan dengan panen perdana padi varietas Rojolele Srinuk di Demakijo, Selasa (23/11/2021). Jumlah anggota kelompok petani milenial itu saat ini ada 15 orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Desa (Kades) Demakijo, Ery Karyatno, mengatakan usia petani milenial itu berkisar 20 tahun hingga 35 tahun. Selama ini, mereka sudah menjadi petani serta bercocok tanam padi, jagung, serta produk hortikultura.

Baca Juga: Gugatan Tol Solo-Jogja, PN Klaten Gelar 2 Kali Sidang Sepekan

“Hanya saja, belum terwadahi secara kelompok. Akhirnya kami buatkan kelompok melalui SK kepala desa. Dengan itu konsekuensinya kami siap membiayai dan membina kelompok petani milenial ini,” kata Ery saat ditemui wartawan di lahan pertanian Desa Demakijo, Selasa.

Pembentukan kelompok itu sebagai bagian regenerasi petani di Demakijo. Selain itu, para petani milenial tersebut diminta bisa menjembatani transfer ilmu modernisasi pertanian kepada para petani sepuh. Tujuannya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian.

Ery menjelaskan para petani milenial tersebut selama ini sudah melakukan upaya transfer ilmu kepada para petani sepuh untuk memperbaiki pola bercocok tanam.

Baca Juga: Tidak Semua Warga Klaten Terdampak Tol Solo-Jogja Merasa Gembira

“Mereka selama ini sudah melakukan transfer knowledge ke petani yang sepuh. Dalam hal kecil seperti penggunaan pupuk pada tanam padi. Selama ini petani menggunakan urea yang berlebihan bertujuan untuk mengejar tanamannya agar lebih hijau dan lain-lain. Pola-pola penggunaan pupuk yang benar kemudian disampaikan para petani milenial. Begitu pula dalam mekanisasi alat pertanian. Tentu membutuhkan tenaga-tenaga dari kalangan milenial untuk mengoperasikan berbagai alsintan modern,” ujar Ery.

Para petani muda di Klaten beberapa waktu terakhir mulai menggeliat. Para petani muda itu membentuk Kelompok Petani Muda Klaten tahun ini.

Saat ini, kelompok tersebut beranggotakan sebanyak 150 petani muda yang bergelut pada berbagai sektor pertanian. Produk yang dihasilkan para petani muda itu beragam seperti beras merah wangi, beras hitam, olahan singkong, madu, dan lain-lain.

Baca Juga: OKB karena Tol Solo-Jogja Diminta Tak Konsumtif agar Tidak “Jamila”

 

Ngobrol Pertanian

Ditemui beberapa waktu lalu, Ketua Komunitas Petani Muda Klaten, Afif Amrizal Basri, 24, mengatakan komunitas petani muda itu dibentuk bermula dari keresahan mereka terhadap dunia pertanian.

“Permasalahan di dunia pertanian sangat banyak. Mulai dari alih fungsi lahan, tanah yang sudah sakit, harga benih mahal, hama penyakit, hingga harga jual hasil produksi yang murah. Oleh karena itu, perlu wadah untuk mengatasi permasalahan tersebut,” kata Afif.

Komunitas tersebut memiliki lima divisi yakni divisi pendidikan dan pelatihan, divisi bisnis dan investasi, divisi riset dan teknologi, divisi jaringan dan kerja sama, serta divisi legal. Sementara, sejumlah kegiatan yang dilakukan komunitas itu yakni Ngobrol Pertanian (Ngoper) yang merupakan forum diskusi tentang pertanian dan peternakan yang digelar rutin sekali dalam sebulan. Selain itu, ada kegiatan atraksi salah satunya melalui kegiatan tandur bareng.

Baca Juga: Jadi Orang Kaya Baru karena Tol Solo-Jogja, 29 KPM PKH di Klaten Mundur

“Sesuai visi kami, kami ingin melahirkan 1.000 petani muda di Klaten. Upayanya dengan terus mengajak anak-anak muda dalam kegiatan bertani melalui atraksi, pendampingan dan edukasi, serta pendekatan teknologi pertanian,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya