SOLOPOS.COM - Warga Crimea menanti referendum di Lapangan Lenin, ibu kota Crimea, Simferopol, Minggu (16/3/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/David Mdzinarishvili)

Solopos.com, SIMFEROPOL Warga Crimea, Minggu (16/3/2014), melakukan pemungutan suara atau referendum untuk menentukan apakah wilayah itu akan berpisah dengan Ukraina dan kemudian bergabung dengan Rusia.

Referendum itu meningkatkan krisis keamanan di wilayah pinggir Eropa tersebut seperti saat berlangsungnya Perang Dingin. Sekitar 1,5 juta orang diminta memberikan suara mereka di Crimea, semenanjung di Ukraina yang dihuni penduduk mayoritas etnis Rusia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pilihan-pilihan yang dihadapkan kepada para penduduk adalah apakah Crimea akan bergabung dengan Rusia atau tetap menjadi bagian dari Ukraina dengan mengambil lebih banyak kekuasaan. Tempat-tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 06.00 GMT (13.00 WIB) dan ditutup pada 18.00 GMT atau Senin (17/3/2014) pukul 01.00 WIB.

Ekspedisi Mudik 2024

Negara-negara Barat menyatakan tidak akan mengakui hasil referendum, sementara Moskow bersikeras pemungutan suara itu merupakan contoh penentuan nasib sendiri seperti yang terjadi pada Kosovo.

Pasukan Rusia dan milisi-milisi pro Moskow mengambil kendali semenanjung yang strategis itu setelah presiden Ukraina yang didukung Kremlin, Viktor Yanukovych, meninggalkan Kiev bulan lalu, menyusul berlangsungnya unjuk rasa selama tiga bulan yang menentang kepemimpinannya.

Markas-markas militer Ukraina di kawasan itu—yang menjadi tempat pangkalan Armada Laut Hitam Rusia sejak abad ke-18—berada dalam kepungan namun tidak ada bentrokan bersenjata.

Sementara. Krimea tidak akan secara otomatis bergabung dengan Rusia setelah pemungutan suara tersebut kendati para pejabat mengatakan mereka akan mengajukannya secara formal pekan ini.

Pemimpin lokal Crimea Sergiy Aksyonov mengatakan prosedur itu bisa menghabiskan waktu paling lama satu tahun. “Rakyat Crimea juga harus diyakinkan bahwa kekacauan finansial dan hukum tidak akan terjadi setelah pemungutan suara,” kata dia.

Pemerintah Ukraina mengatakan Crimea tidak akan mampu berdiri sendiri, terutama karena wilayahnya itu memiliki ketergantungan atas listrik, energi, dan persediaan air dari daratan Ukraina.

Pada bagian lain, para pemrotes pro-Kremlin, Sabtu (15/3/2014), menyerang gedung badan keamanan di kota Denotsk, Ukraina timur, menuntut pembebasan “gubernur” yang mereka angkat sendiri serta hak suara mereka untuk memutuskan bergabung dengan Rusia. “Referendum, Referendum,” teriak sekitar 5.000 orang di Taman Lenin Donetsk.

Massa menuntut pembebasan Pavel Gubarev, “gubernur rakyat” yang diumumkan sendiri di daerah itu, yang ditahan pihak berwenang Ukraina pada 6 Maret dan sedang diselidiki untuk kasus separatisme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya