SOLOPOS.COM - Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, (kiri) bersama Kepala Disporapar Boyolali, Supana (kanan), dan tiga dalang cilik sebelum pagelaran wayang dalang cilik di Pendapa Gedhe Boyolali, Sabtu (11/6/2022). Pagelaran wayang diadakan lintas generasi dari dalang senior, dalang remaja, dan dalang cilik. (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-175 Kabupaten Boyolali diwarnai dengan pagelaran wayang kulit dari lintas generasi. Dalang senior, dalang remaja, dan dalang cilik ikut meramaikannya pada Kamis (9/6/2022) dan Sabtu (11/6/2022) di Pendapa Gedhe Boyolali.

Pagelaran wayang kulit pada Kamis dilakukan oleh dalang senior, Ki Margono dengan lakon Jimat Kalimosodo. Pada Sabtu paginya, tiga dalang cilik beraksi, yaitu Ki Yesaya Abimanyu Pradipta, Ki Fathir Narendra Widhitama, dan Ki Radite Hanung Putra Eris Sandi dengan lakon Wahyu Mangkutho Romo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Selanjutnya, saat Sabtu malam, empat dalang remaja menampilkan lakon Babad Bojalali. Empat dalang tersebut adalah alumni dan mahasiswa ISI Surakarta, yaitu Ki Kangko Dalang Boyolali, Ki Aris Sriwijayanto, Ki Fajar Suryatmaja, dan Ki Yoyok Prasetyo.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali, Supana, mengungkapkan semua dalang yang tampil adalah warga Boyolali.

“Jadi itu dalang remaja dari ASKI [ISI] Surakarta tapi warga Boyolali semua. Kemudian dalang junior juga anak-anak Boyolali. Itu adalah kader-kader kami yang nanti menjadi penerus estafet pelestari budaya di Boyolali,” kata Supana kepada wartawan saat ditemui di sela-sela pagelaran dalang cilik.

Baca Juga: Upacara HUT Boyolali Pakai Bahasa dan Busana Jawa, Ini Tujuannya

Ia mengungkapkan pagelaran wayang kulit lintas generasi tersebut untuk memberikan kesempatan dan ruang sama bagi dalang untuk dapat berekspresi.
Supana juga mengungkapkan pagelaran lintas generasi tersebut guna menggali potensi bibit-bibit dalang muda di Boyolali.

“Sekaligus sebagai pendidikan karakter bagi generasi muda, maka pementasan ini kami hadirkan pula anak-anak se-Kabupaten Boyolali. Jadi keterwakilan masing-masing kecamatan. Tujuannya agar anak-anak tergugah mencintai wayang,” jelasnya.

Supana mengatakan pada pagelaran wayang kulit dalang cilik ditampilkan lakon Wahyu Mangkutho Romo bermaksud memberikan tontonan sekaligus tuntunan kepada anak-anak yang datang dari 22 kecamatan di Boyolali.

“Jadi Wahyu Mangkutho Romo itu wahyu ratu yang diturunkan kepada Kresna dan Janaka. Mereka adalah sosok yang dalam kehidupan sehari-hari adalah orang baik dan jauh dari angkara murka,” jelasnya.

Baca Juga: Keren! SMK Ganesha Tama Juara Nembang Macapat HUT Boyolali

Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, mengungkapkan Wahyu Mangkutho Romo diartikan sebagai pencarian mangkutho yang terlihat dengan mata kepala. Mangkutho ia artikan sebagai otak atau akal manusia.

“Maka dari itu peran guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, semuanya yang memberikan pendidikan yang bagus itu Mangkutho Romo untuk menanamkan ilmu dan budi pekerti untuk siswa [agar Kabupaten Boyolali dapat melahirkan pemimpin yang baik untuk melanjutkan pembangunan di Kota Susu],” kata dia dalam sambutan pagelaran wayang kulit dalang cilik.

Dalam sambutannya, Bupati Said juga memberikan kuis untuk para siswa yang datang dalam pementasan dalang cilik. Sebagai hadiah, Said memberikan wayang kulit para siswa yang berhasil menjawab. Hal tersebut, kata dia, agar anak-anak dapat semakin mencintai wayang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya