SOLOPOS.COM - Peternak sapi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Sidik Purnomo, memberi makan sapi ternaknya, Senin (20/6/2022). Ia mengungkapkan awalnya memiliki 13 sapi, ada tiga sapi anakan mati, dan satu dijual untuk obat. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Ratusan ekor sapi di lereng Gunung Merbabu, tepatnya Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengalami gejala penyakit mulut dan kuku atau PMK.

Bahkan, beberapa ekor sapi di lereng Merbabu Boyolali itu mati. Berdasarkan pengamatan Solopos.com di kandang warga pada Senin (20/6/2022), gejala yang dimiliki sapi adalah mulut berbusa dan muncul luka pada mulut dan kaki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu peternak sapi di lereng Merbabu, Sidik Purnomo, 40, mengungkapkan awalnya memiliki 13 ekor sapi. Kemudian, tiga ekor sapi mati karena memiliki gejala PMK. “Ketiganya yang mati itu sapi anakan atau pedet. Sekarang tinggal sembilan. Yang satu saya jual untuk modal pengobatan,” kata dia.

Ia mengungkapkan sapinya sakit selama kurang lebih 20 hari. Selama itulah, Sidik mengaku telah menghabiskan Rp5 juta untuk mengobati sapinya yang sakit. Sidik mengaku membutuhkan uang untuk mengundang dokter hewan dan mengobati hewan ternaknya dengan cara tradisional.

“Satu suntikan begitu bayar Rp100.000. Satu sapi itu ada yang satu suntikan bahkan sampai empat kali suntikan,” terangnya.

Baca Juga : Penjualan Daging Sapi di Boyolali Menurun, Pembeli Takut Terdampak PMK?

Ia mengatakan pengobatan tradisional untuk hewan ternaknya menggunakan telur ayam, madu, jahe, kunir, dan ramuan tradisional lainnya.

Kepala Desa (Kades) Sidomulyo, Much. Sawali, mengungkapkan hampir seluruh ternak sapi di Desa Sidomulyo bergejala penyakit mulut dan kuku. “Kalau di tempat Mas Sidik ini kemarin 13 sapi kena semua. Itu baru per orang, belum yang lain. Mayoritas sini itu peternak sapi,” ungkap dia seusai kunjungan ternak di kandang sapi milik Sidik.

Ia mengaku banyak mendengar keluhan dari masyarakat, seperti tidak ada edukasi atau bimbingan dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali. “Sedangan kami dari Pemdes [Pemerintah Desa] kan tidak menguasai betul ilmu peternakan. Yang bisa kami berikan hanya motivasi agar mereka tetap semangat merawat sapi-sapinya,” ujar dia.

Sawali berharap ada tindak lanjut dari dinas terkait untuk mencegah kehabisan stok sapi di wilayahnya. “Harapan saya sesegera mungkin ada bimbingan dan penyuluhan dari Disnakkan agar masyarakat mampu menyelesaikan permasalah. Atau mengadakan pengobatan untuk sapi-sapi,” jelasnya.

Baca Juga : Sapi di Madu Boyolali Bergejala PMK, Peternak: Kami Hancur-Hancuran

Sementara itu, Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, mengungkapkan bagi peternak yang membutuhkan sosialisasi terkait PMK bisa langsung menghubungi Disnakkan Boyolali. Peternak bisa langsung menghubungi Disnakkan lewat hotline atau berkomunikasi dengan dirinya dan Kabid Keswan Disnakkan Boyolali.

“Biasanya walau mereka tidak minta, tapi jika itu di daerah-daerah rawan tetap menjadwalkan, seperti di Kebon Gulo dan Jurug dulu awal-awal kami sosialisasikan. Kalau sekarang sudah banyak yang minta. Jadi kami layani sesuai permintaan. Kalau berbenturan nanti kami koordinasikan jadwalnya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya