SOLOPOS.COM - Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo berdialog dengan aparat kepolisian di Mapolres Sukoharjo ihwal kasus tewasnya Sunardi di Mapolres Sukoharjo, Sabtu (12/3/2022). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Aparat kepolisian bakal merangkul anggota keluarga terduga teroris berinisial SU yang meninggal saat ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri pada Rabu (8/3/2022) sekitar pukul 21.00 WIB. Polisi juga memastikan radikalisme tak ada hubungannya dengan profesi dokter.

Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo mendatangi Polres Sukoharjo, Sabtu (12/3/2022) sekitar pukul 16.00 WIB. Mereka hendak meminta penjelasan ihwal profesi dokter SU kepada aparat kepolisian. Mereka ditemui beberapa pejabat Densus 88, Polda Jawa Tengah dan Polres Sukoharjo. Pertemuan tersebut berlangsung sekitar 1,5 jam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Segera Hadir! Sukoharjo Ekonomi Kreatif Expo, Catat Tanggalnya

Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Iqbal Alqudusy, mengatakan aparat kepolisian bakal merangkul keluarga SU lewat beragam program seperti deradikalisasi. Mereka yang ikut program deradikalisasi menjadi embrio untuk menyebarkan paham-paham yang baik.

“Ada program deradikalisasi yang tak hanya menyasar terduga teroris namun keluarganya. Ada juga program trauma healing bagi keluarga terduga teroris,” kata dia, saat ditemui wartawan di Mapolres Sukoharjo, Sabtu petang.

Iqbal menyebut Densus 88 bakal menjalin komunikasi dengan keluarga SU. Hal ini dilakukan agar program deradikalisasi berjalan efektif. Proses tersebut dilakukan secara terus menerus dan bertahap.

Dalam kesempatan itu, aparat kepolisian juga memberi penjelasan ihwal kronologi penangkapan SU yang sehari-hari bertugas sebagai dokter di poliklinik Pondok Pesantren (Ponpes) Ulul Albab, Desa Godog, Kecamatan Pololarto, Sukoharjo.

“Kasus SU tak ada hubungannya dengan profesi dokter. Terorisme itu merambah ke semua lini. Jadi tidak hanya profesi dokter. Bahkan, dari pihak kepolisian juga ada seperti kasus polisi wanita (polwan) yang diduga terpapar radikalisme pada beberapa tahun lalu,” kata dia.

Baca Juga: Dokter yang Ditembak Mati Densus di Sukoharjo Berjalan Pakai Tongkat

Lebih jauh, Iqbal menambahkan aparat TNI-Polri, pemerintah dan masyarakat harus bersinergi berupaya melakukan pencegahan paham radikal di wilayahnya masing-masing. “Saya ikut berbela sungkawa atas meninggalnya SU. Pencegahan paham radikal menjadi tanggungjawab kita bersama,” papar dia.

Sementara itu, Ketua IDI Sukoharjo, Arif Budi Satria, mengatakan fokus terhadap profesi dokter dalam kasus SU. Pengurus IDI Sukoharjo mengedepankan aspek humanisme dan kemanusiaan termasuk memikirkan nasib anggota keluarga SU.

Pengurus IDI telah memberikan tali asih kepada keluarga almarhum pada beberapa waktu lalu. “Jadi kami melakukan komunikasi dengan aparat kepolisian terkait kasus SU. Sudah dijelaskan langsung oleh pejabat di Mabes Polri yang menegaskan profesi dokter tak ada sangkut pautnya dengan kasus ini,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya