SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Adib Muttaqin Asfar/JIBI/Solopos)

Dengan toples kaca, kue kering ini bisa lebih tinggi nilainya. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Bisnis kue kering menjelang lebaran sudah jadi bisnis musiman sejak dulu. Bisnis ini kerap dianggap stagnan karena hanya menjual produk yang begitu-begitu saja tiap tahun. Padahal saat ini para produsennya bukan hanya menjual kue sebagai makanan tapi juga produk seni.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Tak percaya? Rumah di Jl Bawean No 8, Timuran, Banjarsari, Solo, ini bisa menunjukkannya. Saat siang atau sore hari, nyaris tak tampak ada produksi di rumah itu. Tapi begitu malam hari selepas Salat Tarawih, aktivitas itu mulai tampak. Mereka mengemas tumpukan kue-kue kering ke dalam berbagai bentuk, mulai dari toples kaca hingga beragam bentuk parsel.

“Ini sudah ada 100 pesanan, semuanya kami kerjakan sendiri bersama anak-anak di malam hari. Santai saja setelah Salat Tarawih,” ujar Edwin Indarto, pemilik usaha RA Cookies saat ditemui di rumahnya, Sabtu (4/8).

Bersama Irmawati, istrinya, dia mengelola usaha ini sebagai usaha sampingan selama Ramadan. Ini memang hanya mereka lakukan menjelang Lebaran saja untuk memenuhi permintaan. Tahun ini mereka agak terlambat memulai usaha karena baru dilakukan saat Ramadan sudah tiba. Maklum, mereka sempat ragu apakah sanggup memenuhi permintaan atau tidak.

Baik Irmawati maupun Edwin, kesibukan utama mereka memang bukan dalam bisnis ini. Irmawati adalah dosen Manajemen FE UMS sedangkan Edwin mengajar di Fakultas Peternakan UGM. Di samping kesibukan di kampus, mereka masih sempat mengelola usaha masing-masing. Irmawati mengelola butik yang terletak di samping rumahnya, RA Collection, Edwin juga dikenal sebagai seorang business coach di lembaga Make All Happen.

Kesibukan itu tidak membuat mereka berhenti memanfaatkan momentum menjelang Lebaran. Usaha kecil ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lima tahun lalu dan selalu dikerjakan sekeluarga. Urusan proses pembuatan kue diserahkan pada adik Edwin di rumahnya di Jogja. Setelah jadi, kue-kue kering tersebut dibawa ke Solo untuk dikemas dan dipasarkan.

“Tapi kami sempat vakum selama dua tahun karena kesibukan. Tahun ini banyak teman yang menanyakan dan akhirnya kami kembali bikin,” ujar Edwin.

Karena itulah mereka tidak kesulitan mendapatkan pesanan meskipun start mereka lebih akhir dari pada produsen kue kering lainnya. Belajar dari pengalaman sebelumnya saat mereka sering menangani pesanan dalam jumlah kecil, mereka menawarkan sesuatu yang baru. Jika biasanya kue-kue kering itu hanya dikemas dalam toples plastik dan dijual begitu saja, kini Irmawati dan Edwin menjualnya dalam bentuk lain. “Tahun ini kami produksi kue dan bikin parsel. Dengan bikin parsel, sekarang banyak pesanan yang datang dalam jumlah besar,” ungkap Irmawati.

 

Kreativitas Baru

Parsel ini memang sengaja dibuat beda dengan parsel pada umumnya. Jika parsel biasanya menyertakan semua berbagai makanan dan minuman mewah, parsel buatan Irmawati menawarkan konsep yang lebih jelas. Parsel itu hanya berisi kue-kue kering yang bervariasi. Kalau pun ada tambahan, bentuknya tetap makanan kering dan bukan minuman. “Kalau ada minuman macam-macam, berarti kita sama saja dengan yang lain.”

Irmawati dan Edwin percaya diri dengan parsel kue kering mereka ini. Selain mengandalkan bungkusan parsel, mereka juga berusaha membuat kue-kue mereka tampil lebih berkelas. Untuk parsel, kue-kue kering tidak lagi ditempatkan di dalam toples plastik, melainkan toples kaca yang khusus dipesan dari Jogja dan jarang ditemukan di pasar biasa. “Kalau pakai toples kaca, mereka pasti tidak akan membuangnya karena bisa dipakai lagi,” ujar Edwin.

Konsep parsel baru ini ternyata mendatangkan banyak pemesan. Dari 100 pesanan parsel saat ini, sebagian besar datang dari perusahaan, khususnya perbankan di Solo. Begitu pula dengan para pelanggan lama yang sudah kenal sebelum sempat vakum.

Bersaing dengan banyaknya produsen dan reseller kue-kue kering lainnya di Indonesia, Irma dan Edwin memang tidak hanya mengandalkan kemasan baru. Di samping membuat parsel khusus, mereka juga memproduksi jenis kue-kue baru. Tahun ini mereka bukan hanya menawarkan kue-kue klasik semacam kastengel, putri salju atau nastar tapi juga mencoba membuat variasi coco crunch (sereal), berbagai kue cokelat kering dan kue berwarna-warni. “Sebenarnya ini variasi agar anak-anak tertarik. Soalnya kalau kue biasa warnanya itu-itu saja, ini kita buat lebih menarik mereka,” kata Irmawati.

Edwin Indarto dan Irmawati menggeluti bisnis kue lebaran untuk amal. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Tampilan baru yang penuh warna bisa jadi variasi baru kue lebaran agar tidak monoton. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Conflict coklat buatan RA Cookies (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya