SOLOPOS.COM - Mawardi, 69, yang menunggu kios sepeda bekas di Jl Dr Radjiman, Kecamatan Laweyan, Solo, Jumat (18/3/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Kios-kios penjual sepeda bekas di Pasar Jongke, Pajang, Laweyan, Solo, pernah menjadi salah satu lokasi buruan para penggemar sepeda. Di lokasi ini tersedia berbagai jenis sepeda bekas dari yang murah sampai yang mahal.

Bahkan kios yang punya koleksi sepeda bekas langka menjadi tempat berburu bagi penghobi dari luar kota. Jumlah pedagang sepeda bekas di Pasar Jongke pun dulu mencapai puluhan orang yang merupakan pindahan dari beberapa lokasi. Salah satunya dari kawasan Ngapeman yang kini sudah dibangun Hotel Novotel Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, kini situasi di pusat jual beli sepeda bekas itu sudah jauh berbeda. Jumlah pedagangnya tak sebanyak dulu, tinggal belasan orang saja. Mereka bertahan meski pembeli semaking berkurang.

Baca Juga: Sepeda Antik di Pasar Jongke Solo Diburu Meski Harga Selangit

Ekspedisi Mudik 2024

Salah satu pedagang yang bertahan di pusat jual beli sepeda bekas di Pasar Jongke, Solo, adalah Mawardi, 69. Mawardi saban hari membuka kios sejak pagi sampai siang. Biasanya ia bertransaksi jual beli sepeda bekas di kios miliknya sekitar 3 meter x 3 meter tersebut.

Debu tampak menempel di barang dagangannya yang merupakan jenis sepeda jengki, onthel, BMX, dan jenis sepeda gunung. Sepeda-sepeda bekas tersebut dibenderol Rp200.000 sampai Rp4,5 juta per unit.

Tergerus Platform Jual Beli Online

Mawardi mengatakan Pasar Jongke dulunya merupakan pusat pasar sepeda bekas. Persatuan Pedagang Sepeda Surakarta menyewa dua kios sebagai kantor sekretariat di pasar tersebut.

Baca Juga: Revitalisasi Pasar Jongke Solo, Sudah Ditunggu Pedagang Sejak 2010

Namun, pusat jual beli sepeda bekas di Pasar Jongke, Solo, mulai sepi sejak banyak orang memakai telepon seluler melakukan transaksi jual beli secara online. Media sosial maupun platform jual-beli online menggerus eksistensi pusat jual beli sepeda bekas di Pasar Jongke.

Kondisi pasar kian sepi tiga tahun terakhir tepatnya sebelum pandemi Covid-19. Persatuan Pedagang Sepeda Surakarta bahkan harus menutup kantor sekretariat karena tidak mampu membayar retribusi kios.

“Sekarang sebulan ini enggak ada yang menjual sepeda ke saya. Debu saya biarkan hla percuma enggak ada menanyakan,” katanya kepada Solopos.com.

Baca Juga: Begini Kata Pedagang Soal Rencana Pembangunan Pasar Jongke Solo

Tak Terpengaruh Tren

Bapak empat anak tersebut pernah mencoba membeli sepeda bekas yang ditawarkan secara online. Namun pedagang di pusat jual beli sepeda bekas di Pasar Jongke, Solo, itu kecewa sebab barangnya tidak sebagus yang ada di foto.

“Saya sudah coba memasarkan sepeda lewat HP namun terkendala. Anak saya mengajari tapi dikandanana ya tetap gak isa,” ungkapnya.

Menurut Mawardi, saat tren ramai-ramainya orang sudah bersepeda pada awal pandemi Covid-19 juga tidak berdampak signifikan pada pedagang Pasar Jongke. Warga kebanyakan memilik membeli sepeda baru.

Baca Juga: Butuh Rp100 Miliar, Seperti Apa Konsep Revitalisasi Pasar Jongke Solo?

Pedagang sepeda bekas lain di Pasar Jongke, Solo, Yanto, 61, mengaku sudah dua bulan tidak melakukan transaksi. “Iya ini bertahan hla sudah pekerjaannya mau ditinggalkan mau nyambut gawe apa?” jelasnya.

Ia mengatakan belum pernah memasarkan sepeda bekas secara online. Informasi yang dia dapat dari teman-temanya penjualan sepeda bekas secara online juga sedang sepi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya