SOLOPOS.COM - Auditor BPK mengaudit bangunan Pasar Jeblog, di Desa Jeblog, Kecamatan Karanganom, Klaten, Rabu (21/2/2018). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Sejumlah pedagang di los Pasar Jeblog, Klaten, mengaku tak pernah dimintai uang pungutan.

Solopos.com, KLATEN — Para pedagang Pasar Jeblog, Kecamatan Karanganom, Klaten, yang menempati los mengaku tak dimintai pungutan oleh lurah maupun petugas pasar tersebut. Mereka bahkan mengaku kaget saat mendengar ada kasus pungli yang melibatkan lurah pasar setempat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satu pedagang yang menempati los Pasar Jeblog , Sri Lestari, 45, mengatakan selama ini pedagang nonkios atau yang berjualan di los pasar tak ada persoalan termasuk saat mulai menempati pasar yang rampung direhab sekitar 40 hari lalu itu. Pedagang justru merasa senang lantaran kondisi pasar lebih bersih hingga warga betah berada di dalam pasar.

Soal penempatan pedagang di los, Lestari menuturkan tak ada pungutan. Sejumlah pedagang pernah berinisiatif memberikan uang kepada petugas retribusi sebagai ucapan terima kasih lantaran pasar sudah direhab dan mereka diperbolehkan berjualan di dalam pasar. Namun, petugas tersebut enggan menerima pemberian uang dari pedagang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dasarnya keikhlasan pedagang sekadar untuk jajan Rp100.000. Tetapi petugasnya ngeyel tidak mau menerima,” ungkapnya saat ditemui wartawan di Pasar Jeblog, Sabtu (24/2/2018) sore. (Baca: Pedagang Pasar Jeblog Dipungut Rp3 Juta untuk Tempati Kios)

Soal kasus dugaan pungli, Lestari mengaku kaget. Ia merasa selama ini tidak ada pungli kepada pedagang los. “Saya kaget kok baca-baca ada kejadian kemarin itu. Selama ini kami pedagang los tidak ada masalah. Damai-damai saja. Khusus pedagang los tidak ada pungutan [Rp3 juta], sama sekali tidak ada. Kalau pedagang kios mungkin berbeda,” kata pedagang ikan itu.

Pedagang lainnya, Wiji, 50, menjelaskan penempatan pedagang di los dilakukan melalui undian. Ia menuturkan mayoritas pedagang yang berjualan yang berjualan di los pasar merupakan pedagang lama. “Kalau saya sudah berjualan tempe selama 25 tahun,” ungkapnya.

Sarmi, 61, pedagang tokolan menuturkan setelah pembangunan rampung, belum ada peresmian. Pedagang berencana menggelar syukuran sebagai bagian peresmian pasar. Peresmian dilakukan dengan dana iuran dari pedagang.

“Ada keinginan pedagang menggelar slup-slupan pasar. Rencananya dalam satu pekan ini. Namun, kepastiannya menunggu kasus ini biar reda dulu,” ungkapnya. (Baca: Lurah Pasar Jeblog Jadi Tersangka Pungutan Liar kepada Pedagang)

Petugas pemungut retribusi Pasar Jeblog, Slamet, mengatakan jumlah pedagang los ada 160-an orang sementara kios ada 37 unit. Ia menuturkan tak ada pungutan ke pedagang los. “Untuk kios itu kewenangan Pak Lurah,” tutur dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Lurah Pasar Jeblog, Sugino, ditetapkan sebagai tersangka pungli oleh Polres Klaten. Penetapan tersangka itu menyusul dugaan pungli Rp3 juta kepada pedagang yang menempati kios. Lantaran khawatir tak mendapat kunci kios, sejumlah pedagang memilih membayar pungutan tersebut.

Lurah Pasar Jeblog, Sugino, mengaku soal iuran dari pedagang pemilik kios. Iuran direncanakan untuk tasyakuran, peresmian pasar, pengadaan mebeler kantor pusat, hingga penerangan. Hal itu dilakukan lantaran tidak ada alokasi anggaran dari Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Klaten untuk anggaran-anggaran tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya