SOLOPOS.COM - Ilustrasi mayat (Shutterstock)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Mitos pulung gantung kerap dikait-kaitkan dengan peristiwa kematian akibat bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mitos ini pun masih beredar dan dipercaya masyarakat setempat hingga kini.

Dilansir dari Harianjogja.com, jaringan Solopos Media Group, kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul terbilang tinggi. Sepanjang tahun 2021, terdapat 38 kasus bunuh diri di Gunungkidul, di mana 37 kasus di antaranya merupakan gantung diri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jumlah tersebut meningkat tajam dari tahun 2020 lalu. Pada tahun 2020, terdapat 29 kasus bunuh diri, di mana 26 kasus di antaranya merupakan gantung diri.

Baca juga: Kasus Bunuh Diri Naik dalam Setahun, Polres Gunungkidul Lakukan Ini

Banyaknya kasus bunuh diri di Gunungkidul dengan cara gantung diri ini kerap dikait-kaitkan dengan mitos pulung gantung. Masyarakat meyakini sebelum peristiwa bunuh diri, biasanya akan bola api atau cahaya yang terbang di atas lokasi tempat kejadian gantung diri.

Bola Api

Bola api atau cahaya itulah yang kerap disebut pulung gantung. Konon, cahaya ini sebagai penanda bahwa akan terjadi orang bunuh diri di sekitar tempat tersebut.

Channel Youtube Kisah Tanah Jawa yang dipandu Om Hao pernah mengupas mitos pulung gantung di Gunungkidul ini. Dalam video itu diperlihatkan kesaksian penyintas dan keluarga korban gantung diri terkait pulung gantung.

Seorang warga yang adik keponakannya menjadi pelaku bunuh diri, Sarjono, meyakini adanya mitos pulung gantung. Ia bahkan pernah menyaksikan cahaya berukuran besar jatuh dari langit pada malam hari sebelum peristiwa kematian adik keponakan.

“Pulung gantung itu benar-benar ada, saya melihat sendiri, saat itu habis salat magrib. Tiba-tiba ada sinar terbang sebesar [tabung] elpiji ukuran 3 kg, ada ekornya berwarna kuning. Saya tanya ke beberapa orang, itu namanya pulung gantung,” ujar Sarjono.

Baca juga: Wanita di Jepara Katanya Cantik-Cantik, Mitos atau Fakta?

Sarjono mengaku pasca-kejadian itu, adik keponakannya pun ditemukan meninggal dunia dengan cara gantung diri di kamar. Keyakinannya terhadap mitos pulung gantung yang merebak di Gunungkidul pun semakin besar.

“Padahal sebelum itu, adik saya enggak kenapa-kenapa. Kami nonton bola bareng di televisi. Kok tiba-tiba ditemukan meninggal oleh ibunya di kamar,” ujar Sarjono.

Tidak Sadar

Senada juga disampaikan Kamto yang merupakan penyintas gantung diri. Ia pernah mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri dengan menggunakan jarik yang diikatkan di usuk rumah.

Ia mengaku tidak sadar saat akan melakukan bunuh diri itu. Seingatnya, sebelum kejadian itu ia bertengkar dengan kakeknya dan masuk kamar sambil membawa jarik, atau kain panjang.

“Saya di kamar bawa jarik, tiba-tiba enggak sadar menggantungkan di usuk kamar. Untung, ibu saya masuk dan berteriak meminta pertolongan tetangga. Setelah itu saya di bawa ke rumah sakit. Dua hari setelah pulang dari rumah sakit, saya coba gantung diri lagi tapi ditolong kakak,” tutur Kamto.

Baca juga: Keindahan Gunung Kukusan Kulon Progo Berbalut Mitos Pangeran Kendeng

Sementara itu, Sukir, salah satu tokoh masyarakat yang juga menjadi narasumber di kanal Youtube Kisah Tanah Jawa, mengatakan mitos pulung gantung sudah lama ada di Gunungkidul.

Menurutnya, mitos pulung gantung tak bisa dilepas dari cerita sejarah atau legenda Brawijaya V, yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit.

Konon, dalam pelariannya Brawijaya V singgah di Gunungkidul. Ia kemudian moksa tanpa diketahui para pengikutnya. Para pengukit Brawijaya V ini kemudian melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri agar bisa mengikuti jejak Brawijaya V yang moksa.

“Nah, pengikut Brawijaya V yang gantung diri ini mencari teman atau pengikut melalui pulung gantung,” jelas Sukir.

Peringatan

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa.

Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecenderungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.



Berikut lima rumah sakit juga disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Ada pula nomor hotline Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya