SOLOPOS.COM - Pukis Pasar Gede, camilan khas Solo yang manis dan legit. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN--Tidak dimungkiri Pasar Gede merupakan surga bagi pencinta kuliner tradisional. Salah satu kuliner khas Pasar Gede adalah pukis. Adalah Paulus Sutrisno atau yang lebih akrab Pak Pukis yang merintis usaha camilan pukis sejak era 1980-an.

Saat itu, Sutrisno biasa menjajakan pukis dengan memakai gerobak dorong roda tiga. Dialah yang memelopori penggunaan gerobak roda tiga untuk berjualan. “Tempat jualan bapak saya berpindah-pindah. Beda pimpinan beda kebijakan. Tapi, jualannya masih di sekitar Pasar Gede,” jelas Oktha Dian Tristanto, 33, anak dari Sutrisno kepada Solopos.com, Jumat (16/7/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pukis Pasar Gede memiliki banyak pelanggan. Pada era keemasannya, Sutrisno bisa menjual ribuan pukis dalam sehari. Ia bisa menghabiskan bahan baku tepung terigu 15-20 kg/hari. Selain tepung terigu, bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat pukis adalah susu, air kelapa, gula, telur dan lain-lain.

“Beda zaman, beda tantangan. Sekarang banyak sekali cemilan modern yang menambah pilihan alternatif pencinta kuliner. Sekarang sudah bisa menghabiskan bahan 1 kg tepung terigu/hari saja sudah bersyukur,” papak Tristan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Ini Dia Dewanya Mi Ayam di Kota Solo, Sudah Pernah Coba?

Tristan menjadi generasi kedua yang turut melestarikan kuliner pukis khas Pasar Gede itu. Di Pasar Gede, terdapat dua tempat jualan pukis. Satu gerai dikelola oleh ibunya di Pasar Gede sebelah timur, sementara satu gerai dikelola oleh Tristan sendiri di pasar Gede sebelah barat.

Kebanyakan pelanggan dia berasal dari luar kota. Siapa sangka, salah satu pelanggan setia dari pukis Pasar Gede merupakan musisi terkenal. Ya, dialah Katon Bagaskara, pentolan dari grup band legendaris, Kla Project. Pelantun lagu-lagu romantis bersama band yang dibentuk pada 1988 itu ternyata gandrung dengan pukis khas Pasar Gede racikan Tristan.

“Setiap kali ke Solo, Mas Katon selalu menghubungi saya untuk dibawakan pukis. Dia biasa beli 2-3 boks. Satu boks berisi 6-7 pukis. Dia menjadikan pukis sebagai cemilan saat ngopi dan merokok,” ujar Tristan.

Baca Juga: ShopeePay Talk: Membangun Usaha dengan Modal Berapa Saja Bisa Kok

Terdampak Pandemi

Penyanyi Katon Bagaskara (kanan) juga suka Pukis Pasar Gede Solo. (Istimewa)
Penyanyi Katon Bagaskara (kanan) juga suka Pukis Pasar Gede Solo. (Istimewa)

Kali pertama Katon mencicipi pukis Pasar Gede saat diundang dalam pernikahan putri Presiden Jokowi, Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution pada November 2017 lalu. Kali pertama mencicipi cemilan itu, ia merasa ketagihan. Pukis bikinan Tristan memang lain dari biasanya. Ia sengaja membuat pukis dengan ukuran yang lebih besar. Ia juga tidak pelit dalam memberi topping meses cokelat dan keju. “Rasa pukisnya enak.

Di Jakarta belum ada pukis seperti itu. Di Solo juga baru saya temukan, meski sudah legend sejak 1980-an. Ini saya bawa buat oleh-oleh teman di Jakarta,” papar Tristan menirukan testimoni dari Katon Bagaskara.

Karena ukuran pukisnya yang cukup besar, tak jarang pelanggannya sudah kenyang begitu makan 1-2 biji. Satu biji pukis dijual Rp6.000. “Kalau cewek, makan satu sudah kenyang. Kalau cowok ya makan dua baru kenyak,” seloroh Tristan yang tinggal di Kampung Kebonan, Gandekan, Solo itu.

Baca Juga: PPKM Darurat, Jumlah Penumpang KRL Turun Drastis

Datangnya pandemi berdampak pada penjualan pukis khas Pasar Gede. Beruntung pukis Pasar Gede sudah tersedia di Grabfood maupun Gofood sehingga bisa memudahkan Tristan menjaungkau pelanggan saat PPKM darurat. Namun, ia mengaku banyak kehilangan pelanggan, terutama dari luar Kota Solo. “Pelanggan saya kebanyakan dari luar Kota Solo. Sementara belum optimal pengiriman ke luar kota karena pukis saya hanya bisa bertahan 3 hari di suhu ruangan dan 6 hari kalau disimpan di kulkas,” papar Tritan.

Tristan tergabung dalam sejumlah pelaku usaha yang jadi peserta UMKM Virtual Expo 2021 digelar Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group. Pelatihan yang diikuti puluhan peserta itu digelar secara bertahap, April 2021-Juni 2021.

“Dari UMKM Virtual Expo 2021, saya jadi tahu ternyata pengurusan NIB [nomor induk berusaha] itu mudah karena sudah bisa lewat online. Harapan saya, UMKM seperti saya bisa digandeng jadi mitra bisnis supaya usaha bisa berkembang dan punya cabang banyak. Sebelumnya, saya tidak pernah ikut pelatihan UMKM karena disibukkan jualan,” ucapnya.

Ke depan, Tristan berharap bisa menciptakan inovasi baru terkait pengiriman pukis ke luar kota. “Pelanggan saya banyak tersebar di luar kota, bahkan luar pulau. Ada yang di Pontianak hingga Papua. Mereka sudah meminta dikirimi pukis Pasar Gede, tapi saya belum punya cara yang tepat untuk mengirimkan pukis jika sampai sana dalam kondisi masih layak konsumsi. Harapan saya bisa difasilitasi pelatihan pengiriman cemilan yang aman ke luar kota, syukur ada bantuan alatnya,” selorohnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya