SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO–Polisi mengaku kesulitan untuk menangani pekerja seks komersial (PSK) waria pasca terjaring razia penyakit masyarakat (pekat). Sebab, persoalan tempat penampungan bagi PSK waria menjadi kendala utama. Sementara, tempat penampungan di panti rehabilitasi hanya diperuntukkan untuk PSK wanita.

Hal itu disampaikan Kasat Sabhara Polresta Solo, Kompol Y Heru Iriantono, saat ditemui Solopos.com di Mapolresta Solo, Selasa (19/6/2012). “Ya, kita memang tidak bisa menjamin penanganan PSK waria. Harus ada tempat khusus bagi PSK waria. Itulah yang menjadi kendala. Jika digabung dengan PSK wanita jelas tidak mau,” kata Heru mewakili Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima’in.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tindakan aparat kepolisian, kata Heru, yakni merazia sejumlah tempat yang diduga sebagai sarang prostitusi. Dari razia tersebut akan diketahui siapa saja yang turut digaruk.

“Pelaksaan penertiban umum itu berlaku untuk semuanya. Siapapun yang terjaring razia polisi akan menjalani hukuman tindak pidana ringan (tipiring). Mereka akan disidangkan di pengadilan. Polisi hanya melakukan penangkapan dan pembinaan, mengenai tempat penampungan ada penanggungjawab tersendiri dari Dinas Sosial masing-masing daerah. Paling tidak polisi dapat menekan merebaknya PSK,” kata mantan Kabag Ops Polres Kendal ini.

Jalin Kerjasama

Ditemui terpisah, Kasat Binmas Polresta Solo, Kompol Juliana, memaparkan pihak kepolisian akan menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk penanganan PSK waria. “PSK waria sulit terdeteksi. Tempat mangkalnya juga berbeda dengan PSK pada umumnya. Namun, kami tetap berkomitmen menertibkan para PSK,” terang Juliana ditemui Solopos.com di kantornya.

Juliana menerangkan peran serta orangtua sangat penting untuk mengurangi praktik prostitusi. Sebab, usia remaja sangat rentan terhadap sesuatu yang dianggap hal baru. “Memang pembeli PSK kebanyakan usia muda. Awalnya hanya coba-coba, lama kelamaan bisa menjadi ketagihan. Hal itu bisa berimbas buruk bagi pergaulan si anak. Orangtua harus melakukan kontrol serta  memberikan pencerahan dengan pendidikan agama,” pungkas Juliana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya