SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, saat memberikan keterangan kepada wartawan di Sekretariat Daerah Wonogiri, Jumat (24/9/2021). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI—Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, sangat menyayangkan proyek pembangunan jembatan Nambangan, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, tidak bisa rampung tepat waktu.

Masyarakat turut menanggung kerugian ekonomi dan sosial yang timbul akibat kondisi tersebut. Jika proyek itu ditangani Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri, Bupati memastikan sudah “menyelentik” penyedia jasa/kontraktor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai informasi, pembangunan jembatan Nambangan senilai Rp12,952 miliar itu merupakan proyek tahun jamak atau multiyears yang dimulai 14 September 2020. Seharusnya proyek rampung 10 Juni 2021. Namun, hingga batas waktu tersebut proyek tak selesai.

Baca Juga: Tradisi Wiwitan Buka Panen Raya Padi Rojolele Organik di Sawahan Klaten

Ekspedisi Mudik 2024

Pemangku kepentingan terkait memperpanjang durasi pekerjaan selama tiga bulan dengan batas akhir 21 September 2021. Namun, kontraktor juga tak mampu merampungkan proyek sesuai jadwal.

Kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan dengan konsekuensi sanksi denda. Kontraktor bersedia menyelesaikannya. Hingga Kamis (30/9/2021) pekerjaan belum selesai.

Proyek dilaksanakan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (Satker PJN) Wilayah III Jawa Tengah (Jateng) Balai Besar PJN Jateng-DIY Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Penyedia jasa/kontraktor adalah PT Damai Citra Mandiri dan PT Deltamarga Adyatama. Keduanya bekerja dengan kerja sama operasional (KSO).

Baca Juga: 40% Jaringan Irigasi di Wonogiri Rusak

Jembatan Nambangan menghubungkan Kabupaten Wonogiri dengan Kabupaten Sukoharjo melalui jalan yang membelah Dusun Nambangan-Ngepos, Desa Nambangan dan Dusun Nguter, Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Meski jalur alternatif tetapi lalu lintas di jalan itu selalu ramai sebelum proyek dikerjakan.

Menurut Bupati, bukan perkara kontraktor bersedia menyelesaikan pekerjaan dan menanggung sanksi. Dia menyebut keterlambatan penyelesaian proyek merugikan masyarakat secara ekonomi dan sosial.

Warga Desa Nambangan dan sekitarnya harus melalui jalan raya Solo-Wonogiri yang jarak tempuhnya lebih jauh selama proyek dikerjakan sejak setahun lalu. Usaha mikro dan kecil yang dijalankan warga sekitar lokasi proyek pun menjadi sepi pembeli. Bahkan, tak sedikit tempat usaha yang tutup. Tidak ada pihak yang menanggung kerugian tersebut.

Baca Juga: Kompor Serabi Produksi Lulusan SMP di Karangdowo Klaten Ini Laris Manis

 

Gelar Simulasi

“Waktu sudah diperpanjang tiga bulan, tapi proyek rak rampung tepat waktu juga. Ini tidak profesional. Kalau ini proyek kami [Pemkab] kontraktor sudah saya selentik. Memang perlu tindakan yang lebih tegas,” ucap Bupati saat ditemui Solopos.com di Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, belum lama ini.

Terkait faktor alam yang membuat proyek terkendala, lelaki yang akrab disapa Jekek itu menilai hal tersebut bukan alasan keterlambatan penyelesaikan proyek bisa dimaklumi. Dia berpandangan keterlibatan dalam lelang proyek menunjukkan kontraktor sudah siap menghadapi segala situasi di lapangan. Kontraktor mestinya sudah memetakan potensi kendala dan solusi mengatasi masalah sebelum mengerjakan proyek.

“Berani ikut lelang kan berarti penyedia jasa sudah siap menghadapi segala kondisi di lapangan. Kalau soal faktor alam harusnya tidak bisa dijadikan alasan,” imbuh Bupati.

Baca Juga: Hii! Ular Weling 100 Cm Sembunyi di Rak Toko Modern di Klaten

Dia melanjutkan sebelum jembatan difungsikan pihaknya akan menggelar simulasi dan kajian teknis terlebih dahulu. Hal itu untuk menentukan jembatan akan dibuat satu atau dua arah. Dari kajian dan simulasi itu juga akan diketahui jalan dekat jembatan baik di sisi Kabupaten Wonogiri maupun Kabupaten Sukoharjo sudah memadai atau belum.

Terkait pendapat warga yang menilai jalan dekat jembatan di sisi Kabupaten Sukoharjo kurang lebar sehingga dikhawatirkan akan membuat arus lalu lintas padat, Bupati akan membicarakannya dengan Pemkab Sukoharjo jika berdasar kajian jalan itu perlu dilebarkan.

Sementara itu, koordinator lapangan proyek bersangkutan, Kasih, sebelumnya mengatakan kesediaan pihaknya menyelesaikan proyek dan menanggung sanksi denda adalah bentuk pertanggungjawaban. Proyek tak bisa rampung tepat waktu karena faktor alam yang tak terhindarkan.

Baca Juga: Vaksinasi di Pandean Boyolali Ditarget Selesai Oktober

Sejak awal pekerjaan elevasi Sungai Bengawan Solo sering naik drastis karena hujan. Terlebih saat itu pintu utama atau spillway Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri dibuka beberapa kali. Kontraktor sudah mengantisipasi dengan memasang dinding baja untuk menghalau air sungai agar tak masuk area yang dikerjakan.

Namun, derasnya air membuat dinding baja roboh sehingga air memenuhi area proyek bagian bawah. “Tiga setengah bulan kami tak bisa bekerja maksimal ketika itu. Kalau tidak ada kendala itu pekerjaan bisa rampung tepat waktu,” ulas Kasih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya