SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok.SOLOPOS), PADAT KARYA--Warga peserta program padat karya sedang menyelesaikan pembuatan kolam lele di Semanggi, Pasar Kliwon.

Proyek padat karya tak bisa sepenuhnya andalkan sumber daya lokal.

Harianjogja.com, BANTUL–Penerapan proyek padat karya menggunakan dana desa di Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul dinilai tidak bisa berjalan maksimal. Pasalnya, Pemerintah Desa Wukirsari mengakui kesulitas mendapatkan tenaga lokal yang ahli untuk menjalankan proyek yang digagas Pemerintah Pusat tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Padat karya oleh Pusat bertujuan untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat khususnya warga pedesaan. Hal ini diwujudkan dengan berbagai proyek infrastruktur yang memanfaatkan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja. Kaur Umum Desa Wukirsari Agus Basuki Tapip mengatakan lembaganya sudah melaksanakan proyek padat karya sejak beberapa waktu lalu.

Bahkan kata dia sudah ada sosialisasi dari pemerintah kabupaten yang mengharuskan penggunaan tenaga lokal minimal 30% dalam proyek tersebut. “Sudah kami terima, bisa lah dilaksanakan,” katanya Minggu (18/3/2018).

Menurutnya, tenaga lokal untuk pengerjaan proyek fisik masih bisa banyak ditemukan di Desa Wukrisari. kususnya untuk para pekerja kasar sejumlah proyek bangunan, jalan maupun infrstruktur lainnya. Hanya saja, hal ini sulit diterapkan untuk tenaga ahli pembangunan tersebut.

“Kalau buruh kami banyak, cari tenaga ahli tukangnya yang susah,” ujar dia. Apalagi proyek dengan pemanfaatan dana dari Pusat ini mengharuskan ada spesifikasi tertentu yang tidak bisa sembarangan orang mengerjakan sebuah proyek pembangunan.

Karena itu, ada kemungkinan jika pihaknya akan menggaet orang luar untuk menjadi tenaga ahli atau sekadar tempat berkonsultasi.Hal ini untuk memastikan jika proyek yang direncanakan tetap terlaksana dengan baik.

Sebelumnya, pakar ekonomi dari Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Edy Suandi Hamid mengatakan jika pelaksanaan padat karya bisa dibantu dengan keberadaan mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN di desa terkait. Mahasiswa ini bisa diposisikan sebagai pendamping sesuai dengan kompetensinya masing-masing agar penggunaan dana tersebut berjalan efektif.

Ia memperkirakan ada sekitar 50.000 mahasiswa KKN di DIY yang diselenggarakan oleh semua kampus. Anggota Paramparapraja ini juga mengatakan jika dimaksimalkan dan menyentuh hingga masyarakat lapis bawah, dana yang disalurkan seharusnya bisa memberikan efek berlapis. Pemanfaatan dana desa dikatakannya harus benar-benar menyerap potensi lokal bukan cuma sekadar SDM namun juga bahan baku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya