SOLOPOS.COM - Groundbreaking pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (21/1/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Hafidz Mubarak A.)

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung butuh syarat teknis yang besar.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah harus memperhatikan kebutuhan listrik yang diperlukan untuk dijadikan medan magnet dalam sistem kerja kereta cepat jenis magnetically levitated trains atau Maglev. Model itu akan diaplikasikan pada kereta cepat Jakarta-Bandung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Balai Besar Teknologi Aerodinamika Aeroelastika dan Aeroakustika BPPT, Fariduzzaman, mengatakan kereta cepat jenis Maglev membutuhkan medan magnet yang besar untuk mengangkat badan kereta. Magnet tersebut hanya dapat tercipta dengan pasokan listrik yang sangat besar dan stabil.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kereta Maglev membutuhkan medan magnet yang besar untuk mengangkat badan kereta. Magnet akan bekerja jika ditopang oleh aliran listrik yang sangat besar dan stabil, itu yang harus diperhatikan,” katanya melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (29/1/2016).

Seperti diketahui, hingga kini Tiongkok belum mengumumkan teknologi kereta api cepat apa yang akan digunakan dalam pembangunan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Tiongkok memang memiliki beberapa teknologi untuk kereta api cepat karena berhasil mengembangkan teknologi yang diperolehnya dari negara maju lainnya.

Fariduzzaman menuturkan kereta api cepat sendiri membutuhkan rel dengan lebar 1.435 mm. Hal itu berbeda dengan rel yang selama ini ada di Indonesia dengan lebar 1.067 mm. Untuk akselerasi dan deselerasi, kereta api cepat membutuhkan jarak 4 meter di awal dan akhir.

“Misalkan jarak Jakarta-Karawang adalah 30 kilometer, maka 22 kilometer perjalanan akan ditempuh dengan kecepatan maksimal, atau hanya butuh dua menit untuk sampai ke Karawang,” ujarnya.

Pengembangan industri kereta api Tiongkok dimulai dengan upaya mendatangkan kereta api cepat jenis Maglev dan pemerintah setempat mengundang konsorsium dari berbagai negara untuk mengembangkan industri perkeretaapian di negara tersebut. Pengembangan industri perkeretaapian tersebut dilakukan dengan syarat ada transfer teknologi, dan redisain teknologi.

Dengan industri kereta api yang maju, Tiongkok mampu menggenjot industri manufaktur, karena saat ini sekitar 60% komponen kereta api dibuat di dalam negerinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya